Senin, 29 November 2021

RUBU' AL-MUNJIYAT - KITAB SABAR DAN SYUKUR

[28/11 23:28] aji rasha: Sabar adalah 
Gerbang Kebaikan
RUBU' AL-MUNJIYAT - 
KITAB SABAR DAN SYUKUR

Sesungguhnya 
iman itu terdiri atas 
dua bagian: 

sebagian sabar dan 
sebagian syukur. 

Keduanya 
merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah Ta'ala dan dua nama dari al-asmaa-ul-husnaa, 
di mana 
Dia menamakan Diri-Nya dengan nama 
ash-Shabuur dan asy-Syakuur. 

Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur, sebenarnya adalah kebodohan daripada sifat-sifat Dia Ta'ala.

Keutamaan Sabar
Allah Ta'ala 

sesungguhnya 
telah menyifatkan orang-orang yang sabar, dengan beberapa sifat. 
Ia menambahkan 
lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. 
Ia menjadikan derajat dan kebajikan itu 
sebagai hasil (buah) dari sabar. 
Maka Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

Dan Kami jadikan 
di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, 
yaitu ketika mereka 
berhati teguh (sabar). –
 Q.S. As-Sajdah [32]: 24

Dan telah sempurnalah perkataan yang baik dari Tuhan engkau untuk 
Bani Israil, 
disebabkan keteguhan hati (kesabaran) mereka. – 
Q.S. Al A'raaf [7]: 137

Kepada orang-orang itu diberikan pembalasan (pokok) dua kali lipat, disebabkan 
kesabaran mereka. – 
Q.S. Al-Qashash [28]: 54

Sesungguhnya 
orang-orang yang sabar itu, akan disempurnakan pahalanya 
dengan tiada terhitung. – 
Q.S. Az-Zumar [39]: 10

Maka tidak ada 
dari pendekatan diri manusia kepada Allah (ibadah), melainkan pahalanya itu ditentukan dengan kadar dan dapat dihitung, 
selain sabar. 
Dan sesungguhnya 
adanya puasa itu 
sebagian dari sabar dan puasa itu separuh sabar, maka Allah Ta'ala mengaitkan puasa itu bagi orang-orang yang bersabar, bahwa Ia bersama mereka.

Hendaklah kamu bersabar, sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang 
yang sabar – 
Q.S. Al-Anfaal [8]: 46.

Ya! Kalau kamu sabar 
dan memelihara diri, 
sedang mereka datang kepadamu (menyerang) dengan cepatnya, 
Tuhan akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang akan membinasakan – Q.S. Ali 'Imran [3]: 125.

Dan penelitian 
semua ayat-ayat tentang kedudukan sabar itu 
akan panjang bila diteruskan.
[28/11 23:37] aji rasha: Adapun hadits-hadits 
yang menyangkut sabar, maka antara lain dapat disebutkan bahwasanya 
Nabi saw bersabda: 
"Sabar itu separuh iman", 

sebagaimana nanti 
akan diterangkan soal 
sabar itu separuh iman. Adapun hadits-hadits 
yang lain di antaranya:

Dari 
yang sekurang-kurangnya diberikan kepada kamu, ialah: keyakinan dan 
kesungguhan sabar. 
Siapa yang diberikan keberuntungan dari keyakinan dan 
kesungguhan sabar itu, niscaya ia tidak peduli dengan yang luput 
dari padanya, 
dari shalat malam 
dan puasa siang. 
Dan engkau bersabar 
di atas apa yang 
menimpa atas diri engkau, adalah lebih aku sukai, daripada disempurnakan 
oleh setiap orang 
daripada kamu, 
kepadaku, 
dengan seperti amalan semua kamu. 
Akan tetapi aku takut, 
bahwa dibukakan kepadamu dunia sesudahku. 
Lalu sebagian kamu menetang sebagian 
yang lain. 
Dan akan ditantang kamu oleh penduduk langit 
(para malaikat) ketika itu. Maka siapa yang sabar dan memperhitungkan diri, niscaya memperoleh kesempurnaan pahalanya". Kemudian Nabi s.a.w. membaca firman Allah Ta'ala: "Apa yang di sisi kamu 
itu akan hilang 
dan apa yang di sisi Allah 
itu yang kekal. 
Dan akan Kami berikan kepada orang-oang 
yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya – 
Q.S. An-Nahl [16]: 96

Diriwayatkan Jabir, 
bahwa Nabi s.a.w 
ditanyakan tentang iman, maka beliau menjawab: "Sabar dan 
suka memaafkan".

Dikatakan bahwa 
Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada nabi Daud a.s.: "Berakhlaklah dengan akhlak-KU! 
Sesungguhnya sebagian dari akhlak-Ku, ialah, 
bahwa Aku Maha sabar".

Pada hadits 
yang diriwayatkan 'Atha' dari Ibnu Abbas, 
bahwa ketika Rasulullah saw masuk ke tempat orang-orang Anshar, 
lalu beliau bertanya: 
"Apakah kamu ini semua orang beriman?". 
Semua mereka diam. 
Maka menjawab Umar r.a.: "Ya, wahai Rasulullah!". 
Nabi saw lalu bertanya: "Apakah tandanya 
keimanan kamu itu?" 
Mereka menjawab: 
"Kami bersyukur atas kelapangan. 
Kami bersabar atas cobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan 
(qadha Allah Ta'ala)". 
Lalu Nabi saw menjawab: "Demi Tuhan pemilik Ka'bah! Benar kamu itu 
orang beriman!".

Nabi saw bersabda: 
"Pada kesabaran 
atas yang tidak engkau sukai itu banyak kebajikan".

Isa Al-Masih a.s. 
berkata: 
"Engkau sesungguhnya 
tiada akan memperoleh apa yang engkau sukai, 
selain dengan kesabaranmu atas apa yang tiada engkau sukai".
[28/11 23:43] aji rasha: Adapun atsar, 
maka di antaranya ialah terdapat pada surat \
khalifah Umar bin al-Khatab r.a. kepada 
Abu Musa Al-Asy'ari r.a., 
yang bunyinya sebagai berikut:

Haruslah engkau bersabar! Dan ketahuilah, 
bahwa sabar itu dua. 
Yang satu lebih utama 
dari yang lain: 

sabar pada waktu musibah itu baik. 
Dan yang lebih baik daripadanya lagi, 
ialah sabar (menahan diri) dari yang diharamkan 
Allah Ta'ala. 

Dan ketahuilah, 
bahwa sabar itu yang memiliki iman. 
Yang demikian itu, 
adalah bahwa Taqwa itu kebajikan yang utama. 
Dan takwa itu dengan sabar.

Ali r.a. berkata pula: 
"Sabar itu dari iman, 
adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. 
Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. 
Dan tidak ada iman, 
bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran."

Adalah 
Habib bin Abi Habib 
Al Bashari, 
apabila membaca ayat: "Sesungguhnya dia (Ayub) kami dapati, 
seorang yang sabar. 
Seorang hamba yang amat baik. 
Sesungguhnya dia 
tetap kembali 
(kepada Tuhan)" 
(Q.S. Shad [38]: 44), 
lalu beliau menangis 
dan berkata: 
"Alangkah menakjubkan! 
Ia yang memberi dan 
Ia yang memujinya."

Penjelasan Hakikat Sabar
Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah, ahwal, dan amal. Maka ma'rifah itu adalah pokok, dia lah yang mewariskan ahwal; dan ahwal itu yang membuahkan amal.

Ma'rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan ini terdapat pada semua kedudukan para pejalan. Demikian halnya dengan sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma'rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.

Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan--pada masa kecil tersebut--kekuatan sabar. Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan. Akan tetapi, Allah Ta'ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak-anak Adam dan meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta'ala mewakilkan kepada manusia itu ketika menginjak dewasa, dua malaikat. Yang satu memberinya petunjuk dan yang satu lagi menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dari hewan-hewan, dengan pertolongan dua malaikat tadi .

Maka jadilah insan itu diperlengkapi dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama tidak ada baginya kemampuan untuk meninggalkan apa-apa yang mendatangkan kemelaratan. Lalu ia memerlukan kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya. Maka Allah Ta'ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang membetulkannya, meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. IA memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah dan sekali ia yang kuat.
[28/11 23:56] aji rasha: Penjelasan Hakikat Sabar

Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. 
Dan suatu kedudukan 
dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). 
Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: 
ma’rifah, 
ahwal, dan 
amal. 

Maka ma'rifah itu 
adalah pokok, 
dia lah yang mewariskan ahwal; 

dan ahwal itu 
yang membuahkan amal.

Ma'rifah itu 
adalah seperti pohon kayu, 

ahwal adalah seperti ranting, 

dan amal seperti buah. 

Dan ini terdapat 
pada semua kedudukan 
para pejalan. 
Demikian halnya 
dengan sabar. 
Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma'rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.

Adapun insan itu, 
maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya 
tanpa keinginan selain keinginan makan. 
Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan kawin. 
Dan tak ada sekali-kali 
pada insan--
pada masa kecil tersebut--
kekuatan sabar. 

Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan. 
Akan tetapi, Allah Ta'ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak-anak Adam dan 
meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. 

Maka Allah Ta'ala mewakilkan kepada manusia itu ketika menginjak dewasa, dua malaikat. 
Yang satu memberinya petunjuk dan 
yang satu lagi menguatkannya. 

Maka berbedalah manusia itu dari hewan-hewan, 
dengan pertolongan 
dua malaikat tadi .

Maka jadilah insan itu diperlengkapi dengan 
sinar petunjuk, 
mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu 
tidak disukai pada akibatnya. Akan tetapi, 
petunjuk itu 
tidaklah memadai, 
selama tidak ada baginya kemampuan 
untuk meninggalkan apa-apa yang mendatangkan kemelaratan. 
Lalu ia memerlukan kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih 
nafsu syahwatnya itu. 
Lalu ia melawan 
nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya. 

Maka Allah Ta'ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya 
yang membetulkannya, meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. 

IA memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. 
Maka sekali tentara ini 
yang lemah dan 
sekali ia yang kuat.

Hendaklah dipahami, 
bahwa peperangan itu, 
terjadi antara 
“penggerak agama” dan “penggerak hawa nafsu”. 

Dan peperangan 
antara keduanya, 
berlangsung terus menerus. Dan medan peperangan ini ialah qalb hamba.

Sumber bantuan 
kepada penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang menolong barisan (tentara) Allah Ta'ala. 

Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu, datangnya dari syaitan-syaitan yang membantu musuh-musuh Allah Ta'ala.

Maka sabar itu 
adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama dalam menghadapi penggerak 
nafsu syahwat. 
Kalau penggerak agama 
itu tetap, sehingga dapat menahan penggerak 
nafsu syahwat dan terus-menerus menantangnya, 

maka penggerak agama itu telah menolong tentara Allah. Dan berhubung dengan orang-orang yang sabar. 
Dan kalau ia tinggalkan 
dan lemah, 
sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan 
ia tidak sabar 
pada menolaknya, 
niscaya ia berhubungan dengan mengikuti syaitan-syaitan.

Jadi, 
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat itu adalah 
amal perbuatan yang dihasilkan oleh suatu ahwal, yang dinamakan sabar, 
yaitu tetapnya 
penggerak agama 
yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. 

Tetapnya penggerak agama itu adalah suatu hal 
yang dihasilkan oleh iman, dengan memusuhi 
nafsu syahwat dan melawannya, 
karena sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan 
di akhirat.

Sesungguhnya semua yang tersebut itu, adalah 
isyarat yang mengisyaratkan kepada hal-hal 
yang lebih tinggi dari 
ilmu mu'amalah. 

Maka kami terangkan, 
bahwa telah jelas sabar itu adalah ibarat dari 
tetapnya penggerak agama pada melawan 
penggerak hawa nafsu. 
Dan perlawanan ini 
adalah termasuk ciri khas anak-anak Adam, 
karena diwakilkan 
kepada mereka, malaikat-malaikat yang mulia yang menuliskan amal perbuatan mereka.
[29/11 00:04] aji rasha: Sabar itu 
Setengah Iman

Ketahuilah kiranya, bahwa 

iman itu pada suatu kali, disandarkan secara mutlak kepada tasdiq dengan pokok-pokok agama, 

dan pada suatu kali lainnya dengan amal shalih 
yang datang dari tasdiq itu, 

dan pada suatu kali lainnya lagi keduanya sekaligus: iman dan amal shalih.

Adapun "sabar itu 
setengah iman" berdasarkan dua pandangan 
dan atas kehendak 
dua pemakaian kata. 

Pandangan pertama, 

iman itu dikatakan 
secara mutlak kepada semua tasdiq dan amalan. 

Lalu iman itu 
mempunyai dua sendi (rukun). 
Yang satu yakin dan 
yang lain sabar.

Yang dimaksudkan dengan yakin ialah 
ma'rifah-ma'rifah 
yang diyakini kepada pokok-pokok agama. 

Dan yang dimaksudkan dengan sabar ialah 
amal (berbuat) 
menurut yang dikehendaki oleh keyakinan. 

Keyakinan tersebut, 
misalnya, 
mengajarkan bahwa 
maksiat itu mendatangkan melarat dan 
tha'at itu mendatangkan manfaat. 

Dan tidak mungkin meninggalkan perbuatan maksiat dan 
rajin kepada tha'at, 
selain dengan sabar. 

Maka adalah sabar itu separuh iman dengan pandangan ini. 
Dan karena itulah, 
Rasulullah saw mengumpulkan di antara keduanya, dengan sabdanya: "Di antara yang paling sedikt yang diberikan kepada kamu ialah yakin dan 
keras kesabaran."

Pandangan kedua, 

iman itu 
dikatakan secara mutlak kepada ahwal 
yang membuahkan amal, dan bukan ma'rifah-ma'rifah. 
Dan ketika itu, 
terbagilah semua 
yang ditemui oleh hamba dalam hidupnya, 
kepada yang bermanfaat kepadanya di dunia dan 
di akhirat atau 
yang mendatangkan melarat kepadanya di dunia dan akhirat. 

Dan hamba itu 
dengan dikaitkan kepada yang mendatangkan melarat kepadanya mempunyai hal (sifat) syukur. 

Maka syukur itu 
dengan pandangan ini adalah salah satu dari 
dua bagian iman, 

sebagaimana yakin 
adalah salah satu dari 
dua bagian itu, 
menurut pandangan pertama di atas.

Dengan pandangan tersebut, Ibnu Mas'ud r.a. berkata: "Iman itu dua paruh (nishfu), separuh sabar dan 
separuh syukur".
[29/11 00:17] aji rasha: Hal-Hal tentang Sabar

Ketahuilah kiranya bahwa sabar itu dua aspek: 

Pertama, 
aspek jasadiah, 
seperti menanggung kesukaran dengan badan 
dan tetap bertahan 
atas yang demikian. 

Dan ini ada kalanya 
dengan perbuatan, 
seperti mengerjakan perbuatan-perbuatan 
yang sukar, 
baik itu dari perbuatan-perbuatan ibadan maupun yang bukan ibadah. 

Adakalanya dengan penanggungan seperti 
sabar dari pukulan keras, sakit parah dan luka-luka besar.

Kemudian aspek kedua, 
kalau hal itu dari 
nafsu syahwat perut dan kemaluan, 
maka dinamakan 'iffah (pemeliharaan diri). 

Kalau sabar itu 
pada musibah, 
maka disingkatkan saja 
atas nama sabar, 
lawannya adalah 
gelisah dan keluh kesah. 

Kalau sabar itu 
dari kekayaan dinamakan mengekang diri, 
lawannya dinamakan sombong dengan kesenangan (al-bathar). 

Kalau sabar 
pada peperangan dinamakan berani, 
lawannya pengecut. 

Kalau sabar itu 
dalam menahan amarah dinamakan lemah lembut, lawannya ialah at-tadzammur (pengutukan diri kepada yang sudah hilang). 

Kalau sabar itu 
pada suatu pergantian masa yang membosankan maka dinamakan lapang dada, lawannya mangkal hati dan sempit dada. 

Kalau sabar itu 
pada menahan diri 
dari kehidupan dunia maka dinamakan zuhud, 
lawannya rakus.

Maka yang terbanyak 
dari akhlak iman itu 
masuk dalam sabar. 

Karena itulah, pada suatu kali Nabi saw. ditanyakan tentang iman, lalu beliau menjawab: "itu adalah sabar". 

Karena sabar itu 
yang terbanyak dari amal-perbuatan iman dan yang termulia dari amal perbuatan itu. 
Allah Ta'ala 
mengumpulkan bagian-bagian itu dan semuanya dinamakan sabar, 

dengan firman-Nya:

Mereka yang sabar 
dalam musibah, kemiskinan dan ketika peperangan. Merekalah orang-orang 
yang benar dan merekalah orang-orang yang bertakwa - memelihara dirinya 
dari kejahatan – 
Q.S. Al-Baqarah [2]: 177

Jadi, inilah bagian-bagian sabar, 
dengan perbedaan hubungan-hubungannya. 
Dan siapa yang mengambil arti (maksud) dari nama, niscaya ia menyangka bahwa hal itu berbeda pada zatnya dan hakikatnya, 

dari segi ia melihat nama-nama itu berbeda. Maka arti itu pokok 
dan kata-kata itu adalah pengikut. 

Siapa yang mencari arti 
dari pengikut, 
niscaya tidak boleh tidak, 
ia akan tergelincir. 

Dan kepada dua golongan itulah, diisyaratkan 
dengan firman Allah Ta'ala: "Adakah orang yang 
berjalan menelungkup 
di atas mukanya 
lebih mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan dengan lurus di atas jalan yang benar?” – 
Q.S. Al-Mulk [67]: 22.

Ketahuilah kiranya, 
bahwa penggerak agama, dikaitkan kepada 
penggerak hawa nafsu itu mempunyai tiga hal keadaan:

Bahwa ia memaksakan penggerak hawa nafsu. 
Lalu penggerak hawa nafsu itu tidak mempunyai lagi kekuatan untuk melawan. 

Dan sampai kepada 
yang demikian itu, 
dengan berkekalan sabar. Yang sampai kepada tingkat ini adalah sedikit. 
Yakni, 
ash-shiddiqun, dan al-muqarrabun. 

Mereka itulah 
orang-orang 
yang akan dipanggil: 
"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridla, 
yang diridlai."
 
Bahwa 
menanglah pengajak-pengajak 
hawa nafsu secara mutlak, jatuhlah perlawanan penggerak agama. 
Lalu ia menyerahkan dirinya kepada tentara setan dan 
ia tidak berjuang (bermujahadah) 
karena berputus-asa. Merekalah orang-orang 
yang lalai, dan ini adalah golongan yang terbanyak. 

Kepada merekalah diisyaratkan dengan 
firman Allah Ta'ala: 
“Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami berikan petunjuk kepada setiap diri. Tetapi perkataan dari-Ku, sebenarnya akan terjadi, sesungguhnya 
Aku akan memenuhkan neraka Jahanam dengan jin dan manusia semuanya" – Q.S. As-Sajdah [32]: 13. 

Merekalah orang-orang 
yang membeli kehidupan duniawi 
dengan akhirat 
sehingga rugilah perniagaan mereka, dan 
dikatakan kepada orang 
yang bermaksud menunjuki jalan kepada mereka: "Berpalinglah engkau 
dari orang 
yang tiada memperdulikan pengajaran Kami dan 
hanya menginginkan kehidupan duniawi semata! Pengetahuan mereka hanya sehingga itu". 
(Q.S. An-Najm [53]: 29 — 30).
[29/11 00:25] aji rasha: Keadaan ini, 
tandanya ialah: 
putus asa, 
hilang harapan dan 
tertipu dengan angan-angan. Itulah yang paling bodoh, 

sebagaimana 
Nabi saw bersabda: 
"Orang yang pintar itu meng-agamakan dirinya 
dan berbuat amal 
untuk sesudah mati. 

Dan orang yang bodoh ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada 
hawa nafsunya dan 
ia berangan-angan atas Allah". 

Orang yang berkeadaan begini, 
apabila diberi pengajaran, niscaya menjawab: 
"Aku ingin bertobat. 
Akan tetapi, 
sukar tobat itu atas diriku. 

Lalu aku tidak mengharap padanya", 
atau ia tidak ingin bertobat akan tetapi membalas: 

"Sesungguhnya 
Allah itu 
Maha Pengampun, 
Maha Pengasih, lagi 
Maha Pemurah. 
Maka Dia tidak memerlukan kepada tobatku."
 
Bahwa peperangan itu 
adalah menjadi hal 
yang biasa di antara 
dua tentara. 
Sekali ia memperoleh kemenangan 
atas peperangan itu, dan sebaliknya. 

Inilah yang termasuk golonganal-mujahidun. Orang-orang yang berkeadaan 
dengan keadaan ini 
ialah mereka yang mencampuradukkan 
amal perbuatan yang baik dan yang lain yang jahat, 

seperti firman Allah Ta'ala: "Mereka telah mencampur-adukkan pekerjaan yang baik dengan yang buruk". 
Kiranya Allah Ta'ala menerima taubat mereka!

Penutup
Berkata sebagian orang 'arifin: 
"ahlush-shabri itu 
adalah atas tiga maqam. 

Pertama, 
orang-orang yang meninggalkan nafsu syahwat, dan ini adalah 
derajat orang-orang 
yang taubat. 

Kedua, 
orang-orang yang ridla dengan yang ditakdirkan Tuhan, 
dan ini adalah 
derajat orang-orang zahid. 

Ketiga, 
orang-orang yang suka kepada apa yang diperbuat Tuhannya, 
dan ini adalah 
derajat orang-orang shiddiq (ash-shiddiqin)."

Semoga Allah 
yang Maha Pengasih menganugrahkan 
kepada kita kesabaran. 
Amin.

 
Resume

Allah Ta'ala 
sesungguhnya telah menyifatkan orang-orang yang sabar, 
dengan beberapa sifat. 
Ia menambahkan lebih banyak derajat dan 
kebajikan 
kepada orang-orang 
yang sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar