Senin, 29 November 2021

al hikam pasal 12. UZLAH DAN TAFFAKUR

[28/11 20:32] aji rasha: Al-Hikam 
Pasal 12: Uzlah dan Tafakkur
مَا نَـفَعَ الْقَلْبَ مِثْلَ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مِيْدَانَ فِكْرَةٍ 

"Tidak ada sesuatu pun 
yang lebih membawa manfaat bagi qalb sebagaimana uzlah, 
yang dengan (uzlahnya) itu masuk ke medan tafakkur."

Syarah

Kata uzlah dalam Al-Hikam Pasal 12 ini bukanlah mengasingkan diri 
dari hiruk-pikuk urusan dunia atau menghindar dari persoalan keseharian, 

namun merenung dan berfikir mengenai apapun persoalan yang sedang Allah hadirkan, dengan ikhlas dan 
tidak mengeluh. 

Ini inti uzlah sebagai 
«midana fikrah» 
(medan tafakkur). 

Inti dari uzlah 
adalah untuk memasuki medan berpikir 
(medan tafakkur). 

Proses berpikir 
harus dilalui dengan belajar, yang harus diawali 
dengan niat 
agar dapat memberi manfaat untuk orang lain. 

Jika belajar tidak dengan niat yang benar, 
maka Allah akanmenimpakan rijsa kepadanya. 

Yang dimaksud Ar-rijsa adalah kemurkaan Allah—

yang bisa muncul dalam bentuk berbagai kesulitan hidup.

Dalam Mukhtarul Ahadits Rasulullah SAW bersabda, 

“Barangsiapa 
bertambah ilmunya 
tapi tidak bertambah petunjuknya, 
maka akan semakin jauh dirinya dari Allah.
” Orang yang semakin jauh dari Allah, 
maka akan semakin bingung menghadapi kehidupan.

 

... وَيَجْعَلُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ ۚ

Dan Tuhanmu berfirman: "“…

dan Allah 
akan menimpakan rijsa kepada mereka yang tidak menggunakan aql mereka." – QS. Yunus [10] : 100

Siapapun 
yang tidak menghidupkan aql-nya, 
yaitu akal hatinya—
bukan sekadar akal pikiran semata—
maka otomatis ditimpa kesulitan hidup. 
Hidup akan terasa membingungkan dan 
sulit dipahami baginya.

Kalau kita tidak merenung, maka kita akan 
ditimpa kebingungan dalam kehidupan. 
Akan selalu ada ketidakpuasan tertentu dalam hidupnya, 
yang pada akhirnya akan mengacaukan dirinya sendiri. Hal itu adalah 
sebuah bentuk dari rijsun.

Uzlah itu penting dilakukan hingga hati menjadi kuat. 

Jika hati masih runtuh 
saat dikritik atau 
dihina orang, 
itu berarti hatinya 
belum kuat. 

Demikian pula, 
jika dipuji hati masih meluap bangga diri, 
berarti hatinya 
adalah hati yang perlu untuk ber-uzlah.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ

"Maka, tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga 
hati (akal) mereka dapat memahami, 
telinga mereka dapat mendengar? 
Sebenarnya, 
bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada." – 
QS. Al-Hajj [22]: 46
[28/11 20:39] aji rasha: “Berjalan di bumi” 
artinya 
bertafakur 
membaca kehidupan, 
bukan sekadar berjalan 
untuk bepergian berdarmawisata. 

Kalau kita jalan di bumi ini hanya untuk bersenang-senang atau bermain-main, 
justru hati akan menjadi mati. 

Maka dari itu 
kita harus merenung 
saat menapaki bumi ini dan berjalan-jalan di atasnya.

Semakin 
usia seseorang bertambah, maka kehidupannya pun akan semakin kompleks. 
Itu sebenarnya 
karena Allah 
semakin mengajari. 
Kalau kita 
tidak mengembangkan qalb dan tafakur, 

tidak merenung, 
maka kita malah 
akan semakin tergerus terus oleh mekanisme Allah itu. 

Akan 
semakin mempertanyakan hidupnya sendiri, 
kenapa begini dan 
kenapa begitu. 
Hidup tidak puas 
dan kacau. 

Itu rijsun, 
sesuatu yang digambarkan 
di sini sebagai 
kemurkaan Allah. 

Akan tetapi, 
sebetulnya bukan “kemurkaan”, 
melainkan kebingungan dalam hidupnya.

Ujian dalam hidup 
akan terus datang dan semakin meningkat, 
karena orang beriman itu akan diuji. 
Tidaklah seseorang 
Allah buka hatinya, 
lalu ingin hidup tenang 
tanpa persoalan. 
Tidak bisa—
sementara dalam hatinya masih begitu banyak 
penyakit hati: 
ada dengki, 
bangga diri, 
riya', 
ingin dikenal orang, 
dan sebagainya.

Karena itu, 
jika seseorang 
sekali ditaubatkan, 
maka Allah 
akan terus menariknya mendekat. 
Namun, 
ada yang panik 
dan ketakutan, dan 
ada pula yang tenang.

Dengan merenung 
saat menjalani kehidupan 
di dunia, 
maka hati akan terbuka, diberi pemahaman, 
sehingga tidak lagi 
buta hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar