[29/11 17:35] aji rasha: Insan Kamil:
Cahaya Allah
bagi Alam Semesta
Al-Qur’an juga menggambarkan struktur jasad,
jiwa (nafs) dan
Ruhul-Qudus ini
melalui perumpamaan
yang indah tentang sebuah misykat (menyerupai ceruk/relung di sebuah dinding yang oleh masyarakat Arab saat itu biasa digunakan untuk meletakkan lampu penerangan)—
sebuah penggambaran tentang potensi besar manusia yang sempurna (Insan Kamil) sebagai Cahaya Allah.
اللَّـهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّـهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّـهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah cahaya
petala langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya bagaikan sebuah 'misykat' yang di dalamnya terdapat 'misbah' (pelita yang terang). Misbah tersebut di dalam 'zujajah' (kaca),
kaca itu seolah seperti 'kaukab' (bintang) yang berkilau dinyalakan oleh (minyak) dari pohon yang banyak berkahnya,
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walau tanpa disentuh api. Cahaya di atas cahaya.
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa-siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah membuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. –
Q.S. An-Nuur [24]: 35
[29/11 17:37] aji rasha: Tiga komponen utama
yang dimaksud di dalam
ayat itu
disimbolkan melalui
Misykat (Jasad),
yang di dalamnya terdapat Misbah (Ruhul-Qudus, seperti pelita yang terang benderang) yang menghidupkan
Zujajah (qalb, hati yang merupakan ‘rasa’ jiwa atau nafs).
Misykat melambangkan wujud jasad insan manusia yang dibangun dari aspek fisik al-ardh (tanah, kebumian). Misykat jasad ini merupakan wadah bagi qalb yang berada di dalam nafs (jiwa) yang suci, yang di ayat tersebut dilambangkan sebagai zujajah (bola kaca yang jernih). Terang dan jernihnya qalb ini menjadi syarat agar cahaya misbah (Ruhul-Qudus)—tentu dengan kehendak-Nya—memancar keluar menerangi bola kaca zujajah. Zujajah yang terang ini bagaikan sebuah bola langit malam (kaukab) yang gemerlap oleh taburan benda-benda langit.
Bersinarnya kaukab kalbu ini karena adanya minyak yang menyalakannya, minyak yang bercahaya walau tanpa disentuh api, minyak yang keluar dari pohon yang banyak berkahnya. Pohon yang tidak tumbuh di sebelah barat (di tempat tenggelamnya matahari Al-Haqq—yakni Jasad), tidak pula di sebelah timur (di tempat terbitnya matahari Al-Haqq—yakni alam ruh/alam jabarut). Pohon ini tumbuh tidak di ufuk diri, tetapi tumbuh di tengah-tengah antara aspek Jasadi dan aspek Ruhi, yaitu di nafs insan.
Manusia yang tidak menyala qalb-nya oleh Nur Iman dalam nafs-nya, tidak akan bisa menyalakan zujajah dalam qalb-nya (tidak dianugerahi Ruhul-Qudus) sehingga tidak pernah tersedia di dalamnya singgasana cahaya bagi api-Nya. Ini artinya, ia tidak akan pernah menjadi khalifah Allah, walau hanya khalifah bagi dirinya sendiri.
Struktur Insan
Manusia yang tidak menyala qalb-nya oleh Nur Iman dalam nafs-nya, tidak akan bisa menyalakan zujajah dalam qalb-nya sehingga tidak pernah tersedia di dalamnya singgasana cahaya bagi api-Nya.
Insan seperti ini bagaikan rumah dengan lorong-lorong yang gelap gulita karena kusam tubuhnya dan padam lampunya, tidak diisi melainkan oleh tipuan ilusi, hawa nafsunya dan jejak syaithan. Tidak ada seorang pun yang mampu menghidupkan rumah seperti ini kecuali Allah Azza wa Jalla, tempat tumpuan harapan seluruh alam. []
Resume
Setiap diri manusia sesungguhnya merupakan gabungan dari tiga unsur besar yang membentuknya, yaitu jasad (badan, jism), jiwa (nafs), dan Ruh. Memahami bagaimana hubungan interaksi antara ketiga unsur ini dan unsur-unsur turunannya merupakan kunci untuk memahami tujuan penciptaan diri kita dan, pada akhirnya, memahami agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar