Senin, 29 November 2021

al hikam pasal 9. AMAL-AHWAL-WARID

Al-Hikam 
Pasal 9: Amal, Ahwal dan
               Warid
تَـنَوَّعَتْ أَجْنَاسُ اْلأَعْمَالِ لِـتَـنَوُّعِ وَارِدَاتِ اْلأَحْوَالِ 

"Beragamnya jenis 
amal-amal itu disebabkan oleh beragamnya warid-warid (yang turun) 
pada ahwal-ahwal (hamba-Nya)."

Syarah

Warid adalah 
terminologi suluk yang banyak ditemukan dalam Al-Hikam. 
Makna sederhana warid adalah 
karunia Allah yang turun kepada seorang hamba. 

Proses turunnya warid terkait dengan kesiapan qalb, 
dalam hal ini adalah 
kadar ahwal si hamba. Sebagai contoh, dalam Al-Quran Allah berfirman:

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا ...

Tidak dianugerahkan (al-hasanah) itu melainkan kepada orang-orang yang sabar ... – 
Q.S. Al-Fushilat [41]: 35

Dalam ayat di atas, 
sabar adalah 
ahwal si hamba, dan al-hasanah yang dianugrahkan 
merupakan warid 
yang Allah karuniakan.

Namun dalam pasal ini 
Ibnu Athaillah tidak hanya berbicara tentang ahwal dan warid; 
namun juga berbicara keterkaitan antara warid dan amal. 

Bahwa warid yang 
diterima seorang hamba terkait dengan amal 
hamba tersebut. 

Amal yang dimaksud disini adalah berupa 
amal yang khusus, 
yakni amal atau dharma 
yang terkait dengan 
misi hidup atau jati diri seseorang.

Haruslah dipahami 
bahwa 
jati diri setiap manusia adalah 
unik dan berbeda. 

Suatu warid 
yang Allah karuniakan kepada seorang hamba 
pasti akan mengungkap 
jati diri hamba tersebut. Seorang nabi, 
seorang rasul, 
seorang wali, 
seorang mursyid, 
seorang raja, 
seorang ilmuwan, masing-masing memiliki amal-amal yang khusus terkait jati dirinya. 

Misalkan 
seorang hamba yang jatidirinya sebagai mursyid, maka akan dikaruniai warid berupa pengetahuan atau kemampuan untuk membimbing murid-muridnya.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar