Al-Hikam
Pasal 1: Bersandar
pada Amal
مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ
نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزّ َلَلِ
"Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’
(rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana."
Syarah
Ar-raja adalah
istilah khusus dalam terminologi agama,
yang bermakna pengharapan kepada Allah Ta'ala.
Pasal Al-Hikam yang pertama ini bukan ditujukan ketika seseorang berbuat salah, gagal atau melakukan dosa.
Karena ar-raja lebih
menyifati orang-orang yang mengharapkan kedekatan dengan Allah,
untuk taqarrub.
Kalimat "wujuudi zalal", artinya segala wujud yang akan hancur, alam fana.
Menunjukkan seseorang
yang hidup di dunia dan masih terikat oleh
alam hawa nafsu dan
alam syahwat.
Itu semua adalah
wujud al-zalal,
wujud yang akan musnah.
Seorang mukmin
yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup
di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta'ala.
Asmaul Husna
Seorang mukmin
yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup
di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta'ala
Jika kita berharap
akan rahmat-Nya,
maka kita tidak akan menggantungkan harapan kepada amal-amal kita,
baik itu besar atau pun kecil.
Dan hal yang paling mahal dalam suluk
adalah hati,
yaitu apa yang dicarinya dalam hidup.
Dunia ini akan menguji sejauh mana kualitas
raja (harap) kita
kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya.”
Ditanyakan,
“Sekalipun engkau wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda,
“Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku.” –
H.R. Bukhari dan Muslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar