Senin, 29 November 2021

Unsur ketiga dalam diri insan adalah yang disebut dengan ruh

[29/11 17:15] aji rasha: Ruh
Unsur ketiga dalam diri insan adalah yang disebut dengan ruh. 

Jamaknya, 
disebut arwah—
ruh yang banyak. 

Ruh ini berasal 
dari yang Maha Hidup, 
yang ditiupkan-Nya 
ke Adam a.s. 
sehingga jasadnya 
menjadi hidup. 

Jika nafs dan para malaikat berasal dari alam malakut, 

ruh berasal dari 
alam yang lebih tinggi, 
yaitu 
alam jabarut, atau 
alam arwah. 

Alam jabarut ini 
adalah alam yang 
paling dekat dengan 
Allah Ta’ala.

Ruh adalah daya hidup. 
Dan jika diibaratkan 
ruh adalah api, 
cahaya apinya saja pun sudah menghidupkan jasad, 

alih-alih apinya. 

Ruh berasal dari Allah, 
dan pasti akan kembali pada-Nya. 

Dengan demikian, ungkapan “semoga arwahnya 
(arwah: jamak dari “ruh”) diterima Allah
” ketika seseorang 
meninggal dunia adalah 
tidak tepat, 
sebab ruh berasal dari Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya. 

Yang seharusnya didoakan ketika meninggal 
adalah jiwa (nafs), 
bukan ruh, 
karena jiwa lah yang akan menempuh perjalanan berikutnya, 
dan harus mempertanggungjawabkan semua yang dia lakukan 
di dunia.

Nafakh Ruh

Ruh yang menghidupkan, yang biasa kita sebut dengan ruh saja, 
sebenarnya adalah 
nafakh ruh. 

Secara harfiah, 
nafakh ruh berarti 
“ruh tiupan”—
ruh yang ‘ditiupkan’ 
Allah ta’ala pada 
jasad Adam a.s. 

Ia adalah ruh 
yang menghidupkan jasad.

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّ‌وحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ‌ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُ‌ونَ

Kemudian 
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh dari-Nya 
(nafakha fihi min Ruhi), dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, 
penglihatan dan 
hati; 
(tetapi) sedikit sekali 
kamu bersyukur. – 
Q.S. As-Sajdah [32]: 9

Ruh Al-Amin

Ruh Al-Amin 
adalah gelar yang dinisbatkan kepada 
malaikat Jibril a.s. 

Malaikat Jibril a.s. 
adalah termasuk malaikat yang telah diperkuat 
Allah Ta’ala dengan Ruhul-Qudus 
di dalam dirinya. 

Ruh Al-Amin, 
sebagaimana para malaikat lainnya, 
berasal dari alam malakut—alamnya para malaikat dan jiwa-jiwa yang suci. 

Kedudukan Jibril a.s. 
diantara para malaikat adalah seperti kedudukan Rasulullah SAW 
diantara para manusia.

Ruhul-Qudus

Ruhul-Qudus 
adalah esensi ruh insan 
yang paling murni dan 
paling suci, 
yang hadir ke dalam 
diri insan sebagai 
pembawa kabar dan pengetahuan-pengetahuan ilahiah 
di dalam diri. 

Jika tadi dikatakan bahwa cahaya api ruh 
telah menghidupkan jasad, 

Ruhul-Qudus 
adalah apinya, 
sumber cahaya dari 
cahaya ruh yang menghidupkan tersebut.

Ia berasal dari alam Jabarut—alam yang terdekat dengan Allah ta’ala, 

berbeda dengan 
Ruhul Amin yang berasal dari alam Malakut.

Jika manusia biasa 
hanya menerima 
cahaya apinya saja, 

maka ruh ini—
apinya, 
sumber cahanyanya—
hanya dianugerahkan pada hamba-hamba Allah 
yang telah berhasil menyucikan nafs-nya 
ke tingkatan nafs muthma’innah. 

Mereka yang dianugerahi Ruhul-Qudus berperan sebagai cahaya Allah 
bagi alam semesta sekelilingnya.

Ruhul-Qudus 
adalah kuasa Allah ta’ala yang dianugerahkan pada hamba-hamba yang telah berhasil mengenali dirinya dan tujuan penciptaannya. Kuasa Allah, atau—
qudrah Allah—
ini adalah untuk 
menguatkan si hamba 
dalam melaksanakan tujuan penciptaannya, melaksanakan misi hidupnya.

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: 
"Ruhul-Qudus menurunkan itu dari Rabb-mu dengan Al-Haqq, 
untuk mengokohkan orang-orang beriman, lagi menjadi petunjuk dan 
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".- 
Q. S. An-Nahl [16] : 120
[29/11 17:21] aji rasha: Seorang manusia 
dianugerahi Ruhul-Qudus untuk memperkuatnya 
dalam melaksanakan titah Rabb-nya, atau 
amr Rabb-nya. 

Dalam Al-Qur’an, Ruhul-Qudus ini 
disebut juga dengan 
Ruh min amri Rabbi 
yang berarti 
‘ruh yang berasal 
dari amr Rabb’. 

Amr bermakna 
‘urusan’, 
‘mandat’ atau 
‘titah’.

Melalui 
anugerah Ruhul-Qudus ini seorang manusia akan memahami hakikat terdalam makna-makna batinAl-Qur’an, dan memahami ayat-ayat Allah di seluruh penjuru ufuk alam semesta, 

maupun di dalam 
diri manusia sendiri 
(lihat Q. S. Fushshilat [41] : 53). 

Dengan menyaksikan
yg sebenar-benarnya bahwa segala sesuatu adalah 
ayat Allah, 

maka seorang manusia—diperkuat oleh Ruhul-Qudus—pun menjadi 
saksi Allah (syuhada) 
secara hakiki.

Ruhul-Qudus 
adalah anugerah tertinggi yang bisa diterima 
seorang manusia. 

Ketika pengetahuan-pengetahuan ilahiyah yang tinggi 
tidak dimiliki manusia dan alam semesta, 
kehadiran Ruhul-Qudus inilah yang menjadikan seorang manusia menjadi sumber cahaya bagi alam semesta di sekitarnya—

seseorang yang dianugerahi Ruhul-Qudus kerap disimbolkan dengan matahari atau api 
yang meliputi kepala—
karena ia memahami ilmu-ilmu yang terdalam dan tertinggi langsung dari sisi Allah ta’ala.

Hanya sedikit pengetahuan tentang 
Ruhul-Qudus atau 
ruh min amr 
(ruh dari amr Rabb) ini 
yang dibuka kepada manusia, kecuali bagi hamba-hamba yang dianugerahi ruh ini oleh Allah. 

Sebagaimana firman Allah,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: 
"Ruh dari amr Rabb-ku, 
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. - 
Q. S. Al-Isra [17] : 85

Tidak ada komentar:

Posting Komentar