[29/11 17:15] aji rasha: Ruh
Unsur ketiga dalam diri insan adalah yang disebut dengan ruh.
Jamaknya,
disebut arwah—
ruh yang banyak.
Ruh ini berasal
dari yang Maha Hidup,
yang ditiupkan-Nya
ke Adam a.s.
sehingga jasadnya
menjadi hidup.
Jika nafs dan para malaikat berasal dari alam malakut,
ruh berasal dari
alam yang lebih tinggi,
yaitu
alam jabarut, atau
alam arwah.
Alam jabarut ini
adalah alam yang
paling dekat dengan
Allah Ta’ala.
Ruh adalah daya hidup.
Dan jika diibaratkan
ruh adalah api,
cahaya apinya saja pun sudah menghidupkan jasad,
alih-alih apinya.
Ruh berasal dari Allah,
dan pasti akan kembali pada-Nya.
Dengan demikian, ungkapan “semoga arwahnya
(arwah: jamak dari “ruh”) diterima Allah
” ketika seseorang
meninggal dunia adalah
tidak tepat,
sebab ruh berasal dari Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya.
Yang seharusnya didoakan ketika meninggal
adalah jiwa (nafs),
bukan ruh,
karena jiwa lah yang akan menempuh perjalanan berikutnya,
dan harus mempertanggungjawabkan semua yang dia lakukan
di dunia.
Nafakh Ruh
Ruh yang menghidupkan, yang biasa kita sebut dengan ruh saja,
sebenarnya adalah
nafakh ruh.
Secara harfiah,
nafakh ruh berarti
“ruh tiupan”—
ruh yang ‘ditiupkan’
Allah ta’ala pada
jasad Adam a.s.
Ia adalah ruh
yang menghidupkan jasad.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh dari-Nya
(nafakha fihi min Ruhi), dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan
hati;
(tetapi) sedikit sekali
kamu bersyukur. –
Q.S. As-Sajdah [32]: 9
Ruh Al-Amin
Ruh Al-Amin
adalah gelar yang dinisbatkan kepada
malaikat Jibril a.s.
Malaikat Jibril a.s.
adalah termasuk malaikat yang telah diperkuat
Allah Ta’ala dengan Ruhul-Qudus
di dalam dirinya.
Ruh Al-Amin,
sebagaimana para malaikat lainnya,
berasal dari alam malakut—alamnya para malaikat dan jiwa-jiwa yang suci.
Kedudukan Jibril a.s.
diantara para malaikat adalah seperti kedudukan Rasulullah SAW
diantara para manusia.
Ruhul-Qudus
Ruhul-Qudus
adalah esensi ruh insan
yang paling murni dan
paling suci,
yang hadir ke dalam
diri insan sebagai
pembawa kabar dan pengetahuan-pengetahuan ilahiah
di dalam diri.
Jika tadi dikatakan bahwa cahaya api ruh
telah menghidupkan jasad,
Ruhul-Qudus
adalah apinya,
sumber cahaya dari
cahaya ruh yang menghidupkan tersebut.
Ia berasal dari alam Jabarut—alam yang terdekat dengan Allah ta’ala,
berbeda dengan
Ruhul Amin yang berasal dari alam Malakut.
Jika manusia biasa
hanya menerima
cahaya apinya saja,
maka ruh ini—
apinya,
sumber cahanyanya—
hanya dianugerahkan pada hamba-hamba Allah
yang telah berhasil menyucikan nafs-nya
ke tingkatan nafs muthma’innah.
Mereka yang dianugerahi Ruhul-Qudus berperan sebagai cahaya Allah
bagi alam semesta sekelilingnya.
Ruhul-Qudus
adalah kuasa Allah ta’ala yang dianugerahkan pada hamba-hamba yang telah berhasil mengenali dirinya dan tujuan penciptaannya. Kuasa Allah, atau—
qudrah Allah—
ini adalah untuk
menguatkan si hamba
dalam melaksanakan tujuan penciptaannya, melaksanakan misi hidupnya.
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah:
"Ruhul-Qudus menurunkan itu dari Rabb-mu dengan Al-Haqq,
untuk mengokohkan orang-orang beriman, lagi menjadi petunjuk dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".-
Q. S. An-Nahl [16] : 120
[29/11 17:21] aji rasha: Seorang manusia
dianugerahi Ruhul-Qudus untuk memperkuatnya
dalam melaksanakan titah Rabb-nya, atau
amr Rabb-nya.
Dalam Al-Qur’an, Ruhul-Qudus ini
disebut juga dengan
Ruh min amri Rabbi
yang berarti
‘ruh yang berasal
dari amr Rabb’.
Amr bermakna
‘urusan’,
‘mandat’ atau
‘titah’.
Melalui
anugerah Ruhul-Qudus ini seorang manusia akan memahami hakikat terdalam makna-makna batinAl-Qur’an, dan memahami ayat-ayat Allah di seluruh penjuru ufuk alam semesta,
maupun di dalam
diri manusia sendiri
(lihat Q. S. Fushshilat [41] : 53).
Dengan menyaksikan
yg sebenar-benarnya bahwa segala sesuatu adalah
ayat Allah,
maka seorang manusia—diperkuat oleh Ruhul-Qudus—pun menjadi
saksi Allah (syuhada)
secara hakiki.
Ruhul-Qudus
adalah anugerah tertinggi yang bisa diterima
seorang manusia.
Ketika pengetahuan-pengetahuan ilahiyah yang tinggi
tidak dimiliki manusia dan alam semesta,
kehadiran Ruhul-Qudus inilah yang menjadikan seorang manusia menjadi sumber cahaya bagi alam semesta di sekitarnya—
seseorang yang dianugerahi Ruhul-Qudus kerap disimbolkan dengan matahari atau api
yang meliputi kepala—
karena ia memahami ilmu-ilmu yang terdalam dan tertinggi langsung dari sisi Allah ta’ala.
Hanya sedikit pengetahuan tentang
Ruhul-Qudus atau
ruh min amr
(ruh dari amr Rabb) ini
yang dibuka kepada manusia, kecuali bagi hamba-hamba yang dianugerahi ruh ini oleh Allah.
Sebagaimana firman Allah,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:
"Ruh dari amr Rabb-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. -
Q. S. Al-Isra [17] : 85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar