Selasa, 30 November 2021

Qalbyang Berakal dan Memahami

Qalb
yang Berakal dan 
Memahami

Apa yang dapat kita pelajari dari sini? 
Dapatkah kita memaknai qalb semata sebagai "hati yang merasa", 
atau bahkan sekadar "jantung yang mengedarkan oksigen ke sekujur tubuh”?

Apabila kita baca 
dengan teliti, 
Al-Qur’an maupun hadits-hadits mengindikasikan bahwa 
qalb merupakan sebuah instrumen yang amat khusus dan istimewa. 
Ia disematkan ke dalam dada seorang insan untuk mengungkap rahasia 
tentang siapa Penciptanya. Sebuah perangkat untuk mengenali-Nya, memahami-Nya, "merangkul-Nya!”

Mari kita perhatikan ayat Al-Qur’an berikut:

أَفَلَمْ يَسِيرُ‌وا فِي الْأَرْ‌ضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ‌ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ‌

… maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, 
lalu mereka mempunyai qalb yang dengan itu mereka dapat memahami (ta'qiluun) atau mempunyai telinga 
yang dengan itu mereka dapat mendengar? 
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan qalb-qalb 
yang ada dalam dada-dada.– Q.S. Al-Hajj [22]: 46

Ayat di atas mengungkapkan tentang 
"hati yang dengan itu mereka dapat memahami", 
qalb yang ta'qiluun, 
atau yang secara harfiah diartikan sebagai 
"qalb yang dengan itu mereka berakal". 
Tidakkah hal ini menggelitik pikiran kita? 
Sebenarnya, 
qalb yang berakal ataukah otak yang berakal?

Memang tak dipungkiri bahwa 
dunia keilmuan manusia telah merujuk pada instrumen lain 
ketika berbicara tentang akal dan menyimpulkan 
bahwa otak lah yang berakal. 

Namun tentu kita pun mafhum bahwa 
kesimpulan tersebut didasarkan pada gejala dan fenomena fisik yang teramati pada anggota tubuh tersebut.

Al-Qur’an, 
pada sekian banyak ayatnya, berusaha memberi perspektif yang lain kepada kita. Al-Qur’an mengungkap sebuah substansi yang ada 
di dalam diri manusia 
yang memuat fungsi keberakalan ('aql), kepahaman dan 
kefakihan (faqih) 
dalam memaknai sesuatu yang esensial tentang 
jati dirinya. 

Sebuah perangkat yang dapat mengenali Tuhan-nya, memahami firman-firman-Nya. 
Seperti disebutkan pada sebuah ayat:

وَلَقَدْ ذَرَ‌أْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرً‌ا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا ...

Dan sesungguhnya 
Kami jadikan untuk 
(isi neraka) Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, 
mereka mempunyai 
hati (qalb), 
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (yafqahuun)… – 
Q.S. Al-A'raaf [7]: 179

Pada ayat ini Al-Qur’an menginformasikan tentang qalb yang—
bila ia berfungsi baik—dengan itu kita menjadi "yafqahuun", 
menjadi fakih, 
menjadi sepenuhnya paham tentang ayat-ayat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar