Senin, 29 November 2021

RUBU' AL-MUNJIYAT - KITAB SABAR DAN SYUKUR

[28/11 23:09] aji rasha: Menumbuhkan Kesabaran
RUBU' AL-MUNJIYAT - 
KITAB SABAR DAN SYUKUR

Sesungguhnya 
pada setiap penyakit 
terdapat obat yang sudah Allah sediakan. 

Maka walaupun 
tampak sukar, 
menumbuhkan sifat sabar bukanlah hal yang mustahil dengan pertolongan-Nya. 

Dan obat 
bagi ketidaksabaran 
terdiri atas dua jenis, 
yakni 
ilmu dan amal —
di mana dari keduanya 
dapat dihasilkan campuran-campuran obat-obat untuk 
berbagai penyakit hati 
yang ada.

Sabar itu 
ibarat peperangan antara pembangkit agama dengan pembangkit hawa-nafsu. 

Maka tiada jalan bagi kita bila ingin memperoleh kemenangan agama: 
kita harus melemahkan pembangkit nafsu syahwat, dan menguatkan pembangkit agama.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُ‌وا وَصَابِرُ‌وا وَرَ‌ابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman! 
Bersabarlah kalian (ishbiruu), dan hendaklah kalian 
saling sabar-menyabarkan (shabiruu), 
dan teguhkanlah tekad kalian (raabithuu), 
dan bertakwalah 
kepada Allah 
supaya kalian 
mendapat kemenangan. — Q.S. Ali 'Imran [3]: 200

Adapun jalan 
untuk melemahkan pembangkit nafsu syahwat itu ada tiga perkara:

1. Memutuskan keterikatan,
    bahwa kita terikat kepada
    benda yang menguatkan
    nafsu syahwat. 
    Maka, tidak boleh tidak,
    kita harus belajar
    memutuskan keterikatan
     itu. Misalnya, 
     keterikatan kepada
     makanan diputus dengan
     berpuasa.

2. Memadamkan api.
    Sesungguhnya nafsu
    syahwat itu dapat berkobar
    dengan pandangan kepada
    hal-hal yang dapat
    memancing nafsu syahwat 
    Rasulullah SAW bersabda,
   "Pandangan itu adalah
    salah satu panah beracun
    dari panah-panah iblis."
    Menjaga pandangan dari
    hal-hal tercela, 
    menjaga telinga dari
    ucapan-ucapan kotor,
    menjaga langkah kaki dari
    tempat-tempat yang tidak
    pantas, 
    menjaga pikiran dari
    bacaan-bacaan yang tidak
    bermanfaat, 
    merupakan langkah
    langkah memadamkan api
    nafsu syahwat.

3. Mencari jalan yang halal.
    Setiap manusia tentu
    memiliki kebutuhan
    jasmaniah yang harus
   dipenuhi, baik makanan,
   pakaian, maupun
   pasangan. 
   Maka semua itu dapat
   dipenuhi dengan menjaga
   diri dengan syari’at yang
   kuat, 
   yakni mencari jalan yang
   halal atas setiap kebutuhan
   hidup.

​Inilah tiga jalan 
yang mampu melemahkan tentara nafsu syahwat. 

Langkah pertama 
seperti halnya memutuskan makanan bagi anjing 
yang ganas supaya ia lemah, lalu hilanglah kekuatannya. 

Langkah kedua 
mencegah anjing yang ganas itu agar tidak mencium bau amis daging dan darah, sehingga perut sang hewan tidak tergerak lantaran melihat dan mencium makanan kesukaannya. 

Langkah ketiga 
menghias diri dengan sesuatu yang sedikit, mencukupkan diri 
dengan yang halal, 
dari kebutuhan tabiat manusia.

Adapun jalan 
untuk menguatkan pembangkit agama 
ada dua perkara:

1. Menuntut ilmu. 

Ilmu adalah cahaya. 
Cahaya yang memadamkan kegelapan dan 
menerangi hati. 
Mengetahui kelebihan dan keutamaan sabar 
bagi kehidupan di dunia 
dan akhirat, 
merupakan salah satu ilmu yang bermanfaat dan menguatkan agama. 
Dengan pengetahuan 
tentang sabar, 
seseorang menjadi “gemar” dengan musibah, 
karena telah jelas baginya apa yang semu dan 
apa yang kekal abadi.
[28/11 23:19] aji rasha: 2. Belajar mujahadah. 

Hendaknya 
kita membiasakan diri berperang melawan pembangkit hawa nafsu secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, 
hingga ia memperoleh lezatnya kemenangan 
sebuah pertempuran. 
Dengan demikian 
muncul keberanian dan kuatnya tekad 
ketika berjuang melawan hawa nafsu tersebut. 

Sesungguhnya kebiasaan 
dan selalu melatih diri dengan perbuatan-perbuatan yang sulit itu 
mengokohkan kekuatan kita.

Maka siapa 
yang meninggalkan mujahadah, 
niscaya lemahlah pembangkit agamanya, 
dan ia tidak kuat melawan nafsu syahwat 
meski nafsu syahwat itu lemah. 

Dan siapa yang membiasakan diri menentang hawa nafsu, 
niscaya suatu ketika dia akan semakin kuat untuk dapat mengalahkan hawa nafsu itu mana kala dikehendakinya.

 
Mencapai 
Tingkatan Tertinggi Kesabaran
Manusia senantiasa 
mencari kebahagiaan. 

Tetapi syaithan 
dan hawa nafsu 
selalu mengajak kepada kebahagiaan yang semu 
dan segera, 
dan tidak mengimani kebahagiaan sejati 
dan abadi. 

Orang-orang yang tertipu dalam memperoleh kebahagiaan yang segera itu digambarkan melalui firman Allah Ta'ala:

Jangan! 
Tetapi kamu mencintai kehidupan yang cepat 
(‘ajilah, kehidupan dunia). Dan meninggalkan 
hari akhirat.
– Q.S. Al-Qiyaamah [75]: 20-21

Sesungguhnya 
orang-orang itu 
mencintai kehidupan 
yang cepat, 
dan meninggalkan 
di belakang mereka 
hari yang berat.
– Q.S. Al-Insaan [76]: 27

Berpalinglah kamu 
dari orang 
yang tiada mempedulikan pengajaran Kami 
dan hanya menginginkan kehidupan dunia semata. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka.
– Q.S. An-Najm [53]: 29-30

Sesungguhnya 
kesenangan hidup di dunia ini dibandingkan dengan akhirat hanyalah sedikit (harganya).
– Q.S. At-Taubah [9]: 38

Mengenai 
Q.S. Ali ‘Imran [3]: 200 sebagaimana terdapat 
di awal tulisan, 
Imam Al-Ghazali mengatakan: 
“Hendaklah kalian 
ishbiruu fi'llaah 
(artinya sabarlah pada 
jalan Allah), 
shaabiru bi'llaah 
(artinya saling
sabar-menyabarkanlah dengan sebab Allah), dan raabithuu ma'allaah 
(artinya perteguhkanlah kekuatanmu bersama Allah).” 

Bahwa 
sesunguhnya manusia 
ada dalam keadaan merugi, kecuali mereka 
yang beriman, 
beramal shalih, dan 
saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran (Q.S. Al-Ashr [103]: 2-3).

Adapun tingkat terberat 
dari segala macam sabar itu adalah mencegah batin 
dari bisikan nafsu 
(haditsun nafsi), 
di mana bisikan syaitan senantiasa menarik nafsu itu pada hal-hal 
yang tidak diridhai agama. 

Maka untuk mencapai maqam sabar tertinggi 
tiada obat 
selain memutuskan 
semua hubungan 
lahir dan batin 
dari segala keterikatan dunia dan dengan tauhid yang kuat: 

menjadikan cita-cita tertuju hanya ke pada Allah Ta'ala.
[28/11 23:20] aji rasha: Sabar itu 
ibarat peperangan antara pembangkit agama dengan pembangkit hawa-nafsu. Maka tiada jalan untuk memperoleh kemenangan agama 
selain dengan berusaha melemahkan pembangkit nafsu syahwat dan menguatkan pembangkit agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar