[1/12 21:00] aji rasha:
Tentang
Buku Talbis Iblis,
karya Ibnul Jauzi
Pandangan negatif
terhadap tasawuf, sufi, atau thariqah
yang beredar di masyarakat awam, sedikit banyak muncul dari kesalahpahaman dalam membaca buku-buku seperti Talbis Iblis ("Tipu Daya Iblis") karya Ibnul Jauzi.
Ibnul Jauzi adalah
seorang ulama fiqh ternama asal Baghdad
yang juga merupakan sejarawan,
ahli ilmu hadits dan tafsir, yang hidup di abad 12 M.
Buku yang cukup populer
di negeri kita ini
memang kerap dipakai sebagai argumen oleh
suatu kelompok tertentu untuk mencap sesat dan bid'ah-nya
tasawuf dan thariqah
dan menganggapnya
"tipu daya iblis" atau
talbis iblis.
Namun jika kita
menilik lebih jauh,
hal itu bertolak belakang dengan konteks dan maksud Ibnul Jauzi sendiri
dalam menulis buku ini.
Dalam Talbis Iblis,
Ibnul Jauzi sebenarnya sedang berupaya memberi peringatan akan bahaya
tipu daya iblis —
yakni hal-hal yang
dipandang baik,
tapi sebenarnya
sebuah kesesatan —
tidak hanya kepada
kalangan sufi,
melainkan kepada
semua kalangan.
Amat dipahami bahwa
di masa itu, Ibnul Jauzi adalah salah satu ulama yang terdepan dalam memerangi bid'ah jamannya, yaitu dari berbagai pandangan yang menurut beliau tidak sesuai dengan ajaran yang semestinya.
Ibnul Jauzi tidak hanya memberi peringatan
kepada kelompok sufi saja, melainkan berbagai kalangan dalam agama,
seperti khawarij,
rafidah,
batiniyah,
bahkan sampai para filsuf, ahli tafsir,
fuqaha (ahli ilmu fiqh), qurra' (pembaca Al-Qur'an), para ahli hadits
(terutama asbabul hadits) dan masih banyak lagi yang lain.
Beliau tidak secara khusus menentang ajaran sufi atau tasawuf,
melainkan lebih pada menguraikan seluk-beluk "tipu daya iblis"
yang senantiasa mengintai kalangan mana pun,
tidak hanya kaum sufi.
Buktinya adalah
bahwa di dalam buku
Talbis Iblis ini (Bab 11),
Ibnul Jauzi justru secara eksplisit menyebutkan beberapa tokoh sufi besar
di masa-masa awal, seperti Abu Sulaiman al-Darani,
Abu Yazid al-Bistami, dan Junaid al-Baghdadi
sebagai orang-orang benar yang menekankan pentingnya berpegang pada
Kitabullah dan Sunnah
dalam pengajarannya.
[1/12 21:05] aji rasha: Dalam buku
Shifatush Shafwa,
Ibnul Jauzi justru
memuji para tokoh sufi ternama, seperti
Hasan al-Basri,
Ibrahim bin Adham,
Ma'ruf al-Kharkhi, bahkan Rabi'atul Adawiyah
(sufi wanita ternama dari Basra).
Di samping itu,
jika kita tilik buku-buku beliau yang lain seperti
Shifatush Shafwa
("Sifat-Sifat Terpilih"),
Ibnul Jauzi malahan memuji lebih banyak lagi tokoh sufi ternama, seperti
Hasan al-Basri,
Ibrahim bin Adham,
Ma'ruf al-Kharkhi, bahkan Rabi'atul Adawiyah
(sufi wanita ternama dari Basra).
Beliau berpendapat di dalam buku itu bahwa
merekalah para auliya'
yang sebenarnya, yakni
yang tidak menyalahi
aqidah dan syari'at agama.
Bahkan tentang tokoh-tokoh sufi itu, beliau menuliskan, "Para auliya' dan
shalihin itu adalah
maksud dari
kejadian/penciptaan ("al-auliya' wa ash-shalihun hum al-maqsud min al-kaun").
Merekalah orang-orang
yang berilmu dan
yang mengamalkannya dengan pengetahuan
yang benar…
yakni mengamalkan apa yang diketahuinya,
sedikit tersentuh pada kehidupan dunia,
mencari kehidupan akhirat, dan bersiap mati dengan mata yang senantiasa awas dan bekal yang cukup."
Ini semua menunjukkan bahwa Ibnul Jauzi,
melalui bukunya Talbis Iblis ini, tidak sedang "menyerang" semua kaum sufi atau seluruh ajaran sufi atau tasawuf —
yang justru beliau pandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari agama — melainkan sebagian kelompok saja yang menurut beliau tidak sesuai dengan ajaran yang semestinya, yakni yg tidak melandaskan ajarannya pada
Al-Qur'an dan Sunnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar