Rabu, 01 Desember 2021

Tentang Buku Talbis Iblis, karya Ibnul Jauzi

[1/12 21:00] aji rasha: 
Tentang 
Buku Talbis Iblis, 
karya Ibnul Jauzi


Pandangan negatif 
terhadap tasawuf, sufi, atau thariqah 
yang beredar di masyarakat awam, sedikit banyak muncul dari kesalahpahaman dalam membaca buku-buku seperti Talbis Iblis ("Tipu Daya Iblis") karya Ibnul Jauzi. 

Ibnul Jauzi adalah 
seorang ulama fiqh ternama asal Baghdad 
yang juga merupakan sejarawan, 
ahli ilmu hadits dan tafsir, yang hidup di abad 12 M.

Buku yang cukup populer 
di negeri kita ini 
memang kerap dipakai sebagai argumen oleh 
suatu kelompok tertentu untuk mencap sesat dan bid'ah-nya 
tasawuf dan thariqah 
dan menganggapnya 
"tipu daya iblis" atau 
talbis iblis. 

Namun jika kita 
menilik lebih jauh, 
hal itu bertolak belakang dengan konteks dan maksud Ibnul Jauzi sendiri 
dalam menulis buku ini.

Dalam Talbis Iblis, 
Ibnul Jauzi sebenarnya sedang berupaya memberi peringatan akan bahaya 
tipu daya iblis — 
yakni hal-hal yang 
dipandang baik, 
tapi sebenarnya 
sebuah kesesatan — 
tidak hanya kepada 
kalangan sufi, 
melainkan kepada 
semua kalangan. 

Amat dipahami bahwa 
di masa itu, Ibnul Jauzi adalah salah satu ulama yang terdepan dalam memerangi bid'ah jamannya, yaitu dari berbagai pandangan yang menurut beliau tidak sesuai dengan ajaran yang semestinya.

Ibnul Jauzi tidak hanya memberi peringatan 
kepada kelompok sufi saja, melainkan berbagai kalangan dalam agama, 
seperti khawarij, 
rafidah, 
batiniyah, 
bahkan sampai para filsuf, ahli tafsir, 
fuqaha (ahli ilmu fiqh), qurra' (pembaca Al-Qur'an), para ahli hadits 
(terutama asbabul hadits) dan masih banyak lagi yang lain. 
Beliau tidak secara khusus menentang ajaran sufi atau tasawuf, 
melainkan lebih pada menguraikan seluk-beluk "tipu daya iblis" 
yang senantiasa mengintai kalangan mana pun, 
tidak hanya kaum sufi.

Buktinya adalah 
bahwa di dalam buku 
Talbis Iblis ini (Bab 11), 
Ibnul Jauzi justru secara eksplisit menyebutkan beberapa tokoh sufi besar 
di masa-masa awal, seperti Abu Sulaiman al-Darani, 
Abu Yazid al-Bistami, dan Junaid al-Baghdadi 
sebagai orang-orang benar yang menekankan pentingnya berpegang pada 
Kitabullah dan Sunnah 
dalam pengajarannya.
[1/12 21:05] aji rasha: Dalam buku 
Shifatush Shafwa, 
Ibnul Jauzi justru 
memuji para tokoh sufi ternama, seperti 
Hasan al-Basri, 
Ibrahim bin Adham, 
Ma'ruf al-Kharkhi, bahkan Rabi'atul Adawiyah 
(sufi wanita ternama dari Basra).

Di samping itu, 
jika kita tilik buku-buku beliau yang lain seperti 
Shifatush Shafwa 
("Sifat-Sifat Terpilih"), 
Ibnul Jauzi malahan memuji lebih banyak lagi tokoh sufi ternama, seperti 
Hasan al-Basri, 
Ibrahim bin Adham, 
Ma'ruf al-Kharkhi, bahkan Rabi'atul Adawiyah 
(sufi wanita ternama dari Basra). 
Beliau berpendapat di dalam buku itu bahwa 
merekalah para auliya' 
yang sebenarnya, yakni 
yang tidak menyalahi 
aqidah dan syari'at agama.

Bahkan tentang tokoh-tokoh sufi itu, beliau menuliskan, "Para auliya' dan 
shalihin itu adalah 
maksud dari 
kejadian/penciptaan ("al-auliya' wa ash-shalihun hum al-maqsud min al-kaun"). 

Merekalah orang-orang 
yang berilmu dan 
yang mengamalkannya dengan pengetahuan 
yang benar… 
yakni mengamalkan apa yang diketahuinya, 
sedikit tersentuh pada kehidupan dunia, 
mencari kehidupan akhirat, dan bersiap mati dengan mata yang senantiasa awas dan bekal yang cukup."

Ini semua menunjukkan bahwa Ibnul Jauzi, 
melalui bukunya Talbis Iblis ini, tidak sedang "menyerang" semua kaum sufi atau seluruh ajaran sufi atau tasawuf — 
yang justru beliau pandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari agama — melainkan sebagian kelompok saja yang menurut beliau tidak sesuai dengan ajaran yang semestinya, yakni yg tidak melandaskan ajarannya pada 
Al-Qur'an dan Sunnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar