SYAHADAT SEJATI LENGKAP:
Ingsun anekseni ing Datingsun dhewe,
satuhune ora ono Pangeran anging Ingsun,
lan anekseni satuhune Muhammad iku
utusan ingsun.
Iya sajatine kang aran Allah iku Badaningsun,
Rasul iku Rahsa ningsun,
Muhammad iku Cahayaningsun.
(Dilakukan selama 41 hari sebanyak 99X ulangan)
Dalam wejangan ini jelas sekali bahwa
Dzat Tuhan telah menyatakan
adanya kesatuan tunggal
dari tiga hal:
1. Allah;
2. Muhammad ;
3. Rasul (orang terpilih/Mustafa)
Allah diakui sebagaiBadan-Nya,
Muhammad diakui sebagaiCahaya-Nya,
Rasul (Utusan) diakui sebagai Rahsa Sejati
yang Rahasia atau Rahsa-Nya.
Allah adalah Badan Sejati dari Dzat (Dzatullah).
Muhammad adalah CahayaTerpuji
(Nur Muhammad)dari Dzat (Nurullah),
Rasul adalah Rahsa Sejati Yang Rahasia
dari Dzat (Sirullah).
Allah, Muhammad, dan Rasul adalah tunggal.
Di dalam badan manusia,
Allah telah meliputi Hayyu (hidup)
atau Roh Manusia.
Muhammad telah meliputi Nur (cahaya) manusia
Rasul telah meliputi Kaca (cermin)
atau Rahsa/Sir manusia.
Jika yang diwejang sudah memahami
Syahadat Sejati,
ia bisa berlanjut dengan melafalkan
SYAHADAT SEJATI KUBRO
yang diucapkan di dalam batin.
Disebut kesaksian puncak
karena sudah meliputi syahadah
syariat,
hakikat
makrifat.
Isi seperti ini:
Ingsun anekseni ing Datingsun dhewe,
satuhune ora ono Pangeran anging Ingsun,
lan anekseni satuhune Muhammad iku utusaningsun.
Iya sajatine kang aran Allah iku Badaningsun,
Rasul iku Rahsa ningsun,
Muhammad iku Cahayaningsun.
Iya Ingsun Kang Urip ora keno pati;
iya Ingsun Kang Eling ora keno ing lali;
Iya Ingsun Kang Langgeng ora keno owah gingsir ing Kahanan Jati;
iya Ingsun kang Waskitha
ora kasamaran ing sawijiwiji;
iya Ingsun Kang Amurba Amisesa Kang Kawasa Wicaksana ora kekurangan ing Pangerti;
Byar sampurna padhang terawangan,
ora karasa apa-apa,
ora ana katon apaapa,
mung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh
kalawan kodratingsun.
Setelah 41 hari membaca Syahadat Sejati,
amalkan amalan di atas ini 3X saja setiap hari:
Namun dalam wejangan sebelumnya
Muhammad juga diakui sebagai utusan-Nya.
Oleh karena itu kedudukannya menjadi seperti ini:
1. Muhammad
diakui sebagai Cahaya-Nya
sekaligus utusannya.
2. Rasul
diakui sebagai Rasa Sejati
Yang Rahasia/Rahsa/Sir
, sekaligus utusannya.
Pengertian Muhammad disini jelas bukan
Kanjeng Nabi Muhammad.
Rasul di sini jelas bukan seorang manusia
yang diutus untuk menyampaikan risalah. Muhammad di sini adalah
Cahaya Yang Elok,
Cahaya Terpuji,
Nur Muhammad.
Dan Rasul disini adalah
Rasa Sejati Yang Rahasia, Rahsa, Sir.
Pertanda nyata bahwa
hidup kita adalah Tajalli dari
Dzat Yang Maha Suci,
dapat dilihat bahwa
hidup kita memiliki suatu kesadaran
kuasa dan kehendak,
yaitu suatu kesadaran
yang juga dimiliki oleh
Dzat Yang Maha Suci
dengan
kodrat dan iradat-Nya.
Sesungguhnya
kodrat dan iradat hidup kita ini berasal dari
Kodrat dan Iradat Dzat Yang Maha Suci
yang bersifat hidup.
Itulah mengapa keberadaan manusia
terdiri dari tujuh tingkatan yang dipakai sebagai
Warana Dzat,
menjadi tempat
Sifat,
Asma,
Af’al
Dzat.
Tujuh tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
Hayyu
berarti Urip (hidup),
berada di luar Dzat.
Nur
berarti Cahaya,
berada di luar Hayyu.
Sir
bearti Rahsa / rasa sejati yang rahasia,
berada di luar Nur.
Roh Idlafi
bearti Roh yang telah bersandar,
disebut Sukma,
berada di luar Sir.
Nafsu
bearti kepribadian
berada di luar Roh Idlafi.
Budi
berarti kesadaran Jaga,
berada di luar Nafsu.
Jasad,
berarti Badan Fisik,
berada di luar Budi.
Hayyu atau Hidup
mendapat wewenang Dzat
untuk menghidupi keberadaan
Nur,
Sir,
Roh Idlafi,
Nafsu,
Budi,
Jasad.
Merata tanpa satupun yang terlewati.
Adapun yang tampak dan bisa kita raba dari keberadaan Hayyu,
satu persatu penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Ketika Hayyu
menghidupi Nur,
ia meresap pada mata batin kita.
Oleh karenanya kita
memiliki kesadaran
kepahaman (awareness).
Jika kita memilikikesadaran kepahaman,
itu berarti
Penglihatan Dzat
memakai mata batin kita.
2. Ketika Hayyu
menghidupi Sir,
ia meresap kepada hidung batin kita.
Oleh karenanya kita memiliki perasaan.
Jika kita mampu merasa,
itu berarti Penciuman Dzat
memakai hidung batin kita.
3. Ketika Hayyu
menghidupi Roh Idlafi,
ia meresap kepada lidah batin kita.
Oleh karenanya kita
mampu berinteraksi.
Jika kita mampu berinteraksi, itu berarti
Pengucapan Dzat
memakai Lidah batin kita.
4. Ketika Hayyu
menghidupi nafsu,
ia merata pada telinga batin kita.
Oleh karenanya kita mampu
menerima segala sensasi dari dunia luar.
Jika kita mampu menerimasegala sensasi
dari dunia luar, itu berarti
Pendengaran Dzat
memakai telinga batin kita.
5. Ketika Hayyu
menghidupi Budi,
ia merata pada otak dan jantung.
Oleh karenanya kita
memiliki kesadaran Jaga
(Conciousness), itu berarti
Kesadaran Jaga Dzat
memakai Otak dan Jantung kita.
6. Ketika Hayyu
menghidupi jasad,
merata pada Darah.
Oleh karenanya seluruh
jasad bisa hidup.
Jika kita memiliki kehidupan, itu berarti
hidup Dzat memakai jasad kita.
Tidak beda ketika
Dzat menghidupi seluruh isi alam;
Matahari,
Bulan,
Bintang,
dsb nya.
Untuk semakin memantapkan keyakinan,
kita bisa buktikan sendiri dengan menjalani laku PRIHATIN, memohon petunjuk kehendak Dzat Yang Maha Kuasa.
Yang sudah sering berlaku, jika kita berkenan menjalani lelaku, dapat dipastikan akan muncul MAUNAH
yang keluar dari badan kita sendiri.
Maunah tersebut dapat terlihat jelas dalam batin. Jika Maunah sudah menampak nyata,
maka
apapun yang kita inginkan akan terlaksana.
Apapun yang kita kehendaki akan datang,
apapun yang kita harapkan akan ada,
atas kehendak
Dzat Yang Maha Kuasa.
Di bawah ini salah satu petunjuk
menjalani laku prihatin,
wasiat dari
Kanjeng Panembahan Senopati Ing Ngalaga Ing Mataram:
1. Mulailah mengurangi makan, minum, tidur,
senggama, untuk beberapa hari.
2. Jika sudah mantap,
mulailah melakukan puasa,
berarti tidak makan, tidak minum selama 24. jam.
Dan ini dilakukan selama tiga hari tiga malam.
Itu berarti, Anda harus memulai puasa pada. jam 6 sore dengan diawali mandi keramas, lalu
makan dan minum. Selama 24 jam
kemudian Anda tidak diperkenankan makan. dan minum hingga jam 6 sore lagi.
Demikian berturut-turut
hingga tiga hari tiga malam.
3. Pada hari terakhir
Anda tidak diperkenankan tidur.
4. Tepat jam 12 malam pada hari terakhir,
Anda harus mandi keramas, kemudian
memakai busana yang serba suci
dan memakai wewangian.
5. Bakarlah Kemenyan
dengan menghadap ke Timur atau Barat,
berfokus pada Kiblat Sejati,
yaitu Dada kita sendiri.
6. Mulailah tidur telentang, diam,
menutup segala panca indra.
Tata caranya adalah sebagai berikut: ·
Tetap membuka mata ·
Jempol kaki kiri dan kanan disejajarkan ·
Mata kaki kiri dan kanan dipertemukan ·
Lutut kaki kiri dan kanan disejajarkan ·
Kemaluan dan kantong kemaluan jangan. sampai terjepit ·
Kedua tangan dipertemukan di depan dada.
Jemari saling dipertemukan,
posisi jari dimasukkan ke sela-sela jari yang. lain. ·
Kedua jempol dipertemukan ujungnya ·
Lidah ditekuk ke atas langit-langit ·
Mulut tertutup rapat.
7. Tarik nafas perlahan,
bayangkan udara masuk
dari lubang hidung kiri,
dibawa menuju pusar,
tahan untuk beberapa lama,
keluarkan sambilbmembayangkan nafas
keluar dari lubang hidung kanan.
8. Tenangkan nafas
9. Setelah tenang,
tarik nafas perlahan,
bayangkan udara masuk
dari lubang hidung kanan,
dibawa menuju pusar,
tahan untuk beberapa lama,
keluarkan sambil
membayangkan nafas
keluar dari lubang hidung kiri.
10. Lakukan penarikan ini
sebanyak tiga kali,
artinya tariklah nafas
dari lubang hidung kiri 3X,
dan dari lubang hidung kanan 3X,
berselang seling.
Setiap satu kali penarikan
dan pengeluaran nafas
harus diberi waktu jeda
beberapa saat untuk
menenangkan nafas.
11. Setelah enam kali putaran,
tarik nafas dan
bayangkan nafas masuk
dari lubang hidung kiri,
langsung keluarkan dari
lubang hidung kanan.
Terik nafas dan
bayangkan nafas masuk
dari lubang hidung kakan
langsung keluar dari
lubang hidung kiri.
Tarik nafas dari kedua
lubang hidung
kumpulkan di pusar.
Bayangkan udara naik
ke dada.
Untuk sejenak diamkan
nafas di dada, lantas
bayangkan udara naik ke
kepala dan baca mantera
ini:
Ingsun tajalining
Dat Kang Amaha Suci,
Kang Amurba Amisesa,
Kang Kawasa Angandika
Kun Payakun.
Dadi Saciptaningsun,
ana sasedyaningsun,
teka sakarsaningsun,
anu metu saka
ing kodratingsun.
12. Lantas telapak tangan
kanan diselipkan ke
ketiak kiri dan
telapak tangan kiri
diselipkan ke ketiak
kanan.
Pejamkan mata.
Dalam kondisi ini, tetaplah tahan napas.
Biasanya akan tampak dalam batin
pemandangan gaib atau maunah.
Jika sudah terlihat,
keluarkan nafas dari lubang hidung
secara perlahan.
Berpasrahlah kepada Dzat.
Jika telah mendapat anugerah melihat pemandangan gaib,
maka Anda harus mengadakan selamatan, sebelumnya mengamalkan amalan di atas,
kirim tawasul yang ditujukan kepada:
1.Kanjeng Nabi Muhammad Saw
2.Kanjeng Susushunan ing Ngampel Denta
Kanjeng Susushunan ing Kalijaga
3. Kanjeng Sultan Demak ingkang Wekasan. Kanjeng Sultan Adiwijaya ing Pajang
4.Kanjeng Panembahan Senopati ing Ngalaga
ing Mataram
Kanjeng Sinuwun
Kanjeng Sultan Agung
Prabu Hanyakra Kusumo
ing Mataram
Lalu baca
Doa Rasul,
Doa Kabul,
Doa Tulak Bilahi (Nur Buwat), dan
Doa Selamat.
(Lihat lampiran pada halaman terakhir buku ini….)
Pagi hari seusai lelaku jangan langsung tidur,
harus berjalan-jalan di sekeliling pekarangan rumah untuk berjaga-jaga manakala mendapat isyarat lagi dari Tuhan.
Apa yang ditemui nanti benar-benar harus dijadikan petunjuk bagi kita.
Sedangkan yang belum mendapat tanda saat lelaku, janganlah berkecil hati.
Bisa diulangi lagi untuk bulan berikutnya
dan tidak usah melakukan selamatan.
Bagi yang sudah pernah mendapat isyarat gaib biasanya batinnya akan bertambah tajam.
Jika sewaktu-sewaktu Anda ingin memohon petunjuk, Anda tidak lagi perlu berpuasa.
Asalkan batin sudah merasakan sebuah tanda, Anda bisa langsung melakukan tafakur,
menutup semua panca indera sebagaimana dijelaskan di atas.
Saat-saat ijabah atau saat-saat yang tepat untuk melakukan lelaku adalah sebagai berikut:
1. Bulam Muharam tanggal 9 dan 10
2. Bulan Rabiul Awal tanggal 12
3. Bulan Rajab tanggal 27
4. Bulan Ruwah tanggal 15
5. Bulan Ramadhan tanggal 21, 23, 25,27, 29
6. Bulan Dulhijah tanggal 8 dan 9 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar