Rabu, 01 Desember 2021

Tasawuf Bukanlah Bid'ah

[1/12 21:10] aji rasha: 

Tasawuf Bukanlah Bid'ah

Rasulullah SAW 
memang tidak secara khusus menyebut istilah "tasawuf", karena di masa Beliau, dimensi batiniah dan lahiriah, tasawuf dan syariatnya, menyatu utuh 
dalam setiap pengajaran yang Beliau bawa. 
Diin Al-Islam 
tidak dipisah-pisahkan 
dari ketiga pilar yang membangunnya: 
Iman, Islam dan Ihsan. 

Baru lama kemudian, 
karena adanya perubahan situasi kondisi tertentu 
di masyarakat, 
aspek Ihsan 
yang menjadi dimensi 
batin agama, 
mulai kerap dilupakan orang (seperti penyebutan Iman-Islam saja di berbagai pengajian) 
dan diberi label "tasawuf" — yang sebenarnya merujuk pada hal yang sama, yakni Ihsan.

Rasulullah SAW bersabda: "Ihsan 
adalah engkau beribadah 
kepada Allah 
seakan-akan engkau melihat-Nya, 
jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau." — (HR. Muslim)

Jika kita mengatakan bahwa ilmu tasawuf tidak ada tuntunannya di jaman Rasulullah SAW 
dan merupakan bid'ah 
(yaitu mengadakan sesuatu yang baru, 
yang tidak ada sebelumnya) sehingga 
menjadi sebuah kesesatan, maka itu seperti halnya mengatakan bahwa 
ilmu hadits sebagai bid'ah dan sesat. 
Bukankah pada jaman Rasulullah SAW 
tidak ada yang namanya 
ilmu hadits — 
bahkan penulisan hadits sendiri pada masa itu dilarang oleh Rasulullah SAW karena dikhawatirkan akan tercampur dengan ayat-ayat Al-Qur'an, 
sebagaimana pernah disabdakan oleh Beliau: "Janganlah kalian menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur'an. 
Barangsiapa menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur'an, hapuslah." 
(HR. Muslim, Ahmad).

Alchemy of Happiness
Disiplin-disiplin ilmu 
yang sangat penting seperti ilmu tajwid, 
ilmu tafsir, dan 
ilmu tauhid, 
tidak kemudian serta merta dianggap bid'ah dan sesat hanya lantaran pada jaman Rasulullah hal-hal semacam itu tidak ada.
[1/12 21:11] aji rasha: Demikian pula 
berbagai aspek dari disiplin-disiplin ilmu lain 
yang sangat penting seperti ilmu tajwid 
(teknik membaca Al-Qur'an), ilmu tafsir, dan 
ilmu tauhid, 
tidak kemudian serta merta dianggap bid'ah dan sesat hanya lantaran pada jaman Rasulullah hal-hal semacam itu tidak ada. 
Sehingga kita, kaum Muslim, memandang konsep bid'ah lebih kepada sifat tujuannya, bukan cara dalam pencapaiannya. 

Imam Syafi'i mengatakan, "Sesuatu yang memiliki landasan (mustanad) dari syariat 
(Al-Qur'an dan Sunnah) 
maka itu bukanlah bid'ah, sekalipun Kaum Muslim awal tidak melakukannya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar