[1/12 21:10] aji rasha:
Tasawuf Bukanlah Bid'ah
Rasulullah SAW
memang tidak secara khusus menyebut istilah "tasawuf", karena di masa Beliau, dimensi batiniah dan lahiriah, tasawuf dan syariatnya, menyatu utuh
dalam setiap pengajaran yang Beliau bawa.
Diin Al-Islam
tidak dipisah-pisahkan
dari ketiga pilar yang membangunnya:
Iman, Islam dan Ihsan.
Baru lama kemudian,
karena adanya perubahan situasi kondisi tertentu
di masyarakat,
aspek Ihsan
yang menjadi dimensi
batin agama,
mulai kerap dilupakan orang (seperti penyebutan Iman-Islam saja di berbagai pengajian)
dan diberi label "tasawuf" — yang sebenarnya merujuk pada hal yang sama, yakni Ihsan.
Rasulullah SAW bersabda: "Ihsan
adalah engkau beribadah
kepada Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya,
jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau." — (HR. Muslim)
Jika kita mengatakan bahwa ilmu tasawuf tidak ada tuntunannya di jaman Rasulullah SAW
dan merupakan bid'ah
(yaitu mengadakan sesuatu yang baru,
yang tidak ada sebelumnya) sehingga
menjadi sebuah kesesatan, maka itu seperti halnya mengatakan bahwa
ilmu hadits sebagai bid'ah dan sesat.
Bukankah pada jaman Rasulullah SAW
tidak ada yang namanya
ilmu hadits —
bahkan penulisan hadits sendiri pada masa itu dilarang oleh Rasulullah SAW karena dikhawatirkan akan tercampur dengan ayat-ayat Al-Qur'an,
sebagaimana pernah disabdakan oleh Beliau: "Janganlah kalian menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur'an.
Barangsiapa menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur'an, hapuslah."
(HR. Muslim, Ahmad).
Alchemy of Happiness
Disiplin-disiplin ilmu
yang sangat penting seperti ilmu tajwid,
ilmu tafsir, dan
ilmu tauhid,
tidak kemudian serta merta dianggap bid'ah dan sesat hanya lantaran pada jaman Rasulullah hal-hal semacam itu tidak ada.
[1/12 21:11] aji rasha: Demikian pula
berbagai aspek dari disiplin-disiplin ilmu lain
yang sangat penting seperti ilmu tajwid
(teknik membaca Al-Qur'an), ilmu tafsir, dan
ilmu tauhid,
tidak kemudian serta merta dianggap bid'ah dan sesat hanya lantaran pada jaman Rasulullah hal-hal semacam itu tidak ada.
Sehingga kita, kaum Muslim, memandang konsep bid'ah lebih kepada sifat tujuannya, bukan cara dalam pencapaiannya.
Imam Syafi'i mengatakan, "Sesuatu yang memiliki landasan (mustanad) dari syariat
(Al-Qur'an dan Sunnah)
maka itu bukanlah bid'ah, sekalipun Kaum Muslim awal tidak melakukannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar