[1/12 01:11] aji rasha:
Faqad ‘Arafa Rabbahu
Lalu apa hubungan
‘arif akan nafs
dengan
‘arif akan Rabb?
Makna “Rabb” tidak otomatis sama dengan kata “Allah”.
Sedikit berbeda
dengan makna
Allah sebagai“ilah”
(sembahan,
tempat penghambaan),
makna Rabb adalah
pangkat,
peran Allah Ta’ala
dalam memelihara—
menjaga,
memberi rizki,
melindungi,
memakmurkan—
seluruh semesta alam-
Pendek kata, “Rabb”
adalah sebutan bagi Allah dalam fungsi rububiyah-Nya.
‘Arif akan Rabb adalah
‘arif akan peran Allah Ta’ala dalam menghadapkan wajah-Nya pada makhluk.
Ketika seorang hamba
telah menemukan tujuan penciptaan dirinya,
lalu melaksanakan
hal terbaik yang bisa dilakukannya sebagai
sebuah pengabdian
kepada Allah dan
atas nama Allah,
maka pada hakikatnya
ia sedang menolong Allah dengan hal terbaik
yang bisa ia lakukan.
Dan barangsiapa
yang menolong Allah, maka Allah pun pasti akan menolongnya pula.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّـهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang
yang beriman,
jika kamu menolong Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. – Q.S. Muhammad [47]: 7
Apa pertolongan Allah
yang terbesar pada
seorang hamba?
Yaitu dengan senantiasa memberi petunjuk
pada si hamba tanpa henti-hentinya,
baik diminta ataupun tidak. Dengan demikian,
si hamba menjadi termasuk ke dalam golongan orang-orang Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung).
أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya.
Merekalah Al-Muflihun. – Q.S. Al-Baqarah [2]: 5
Petunjuk
yang tiada henti-hentinya ini adalah untuk mengukuhkan si hamba tetap dalam
shirath Al-Mustaqim,
jalan yang lurus,
jalannya
“orang-orang yang
diberi nikmat”.
Dengan demikian,
si hamba memperoleh
apa yang selalu diminta dalam setiap rakaat shalatnya.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Hanya kepada-Mu
kami mengabdi,
dan hanya kepada-Mu
kami memohon pertolongan: tunjukilah kami
ke Shirath Al-Mustaqim,
jalan mereka yang kepadanya Engkau anugerahkan nikmat, bukan jalannya mereka
yang sesat. –
Q.S. Al-Fatihah [1]: 5-7
[1/12 01:14] aji rasha: Setelah si hamba
kukuh menapaki
shirath Al-Mustaqim-nya, maka barulah
ia akan mengenal Rabb-nya, karena sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an,
إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya
Rabb-ku di atas Shiratim-Mustaqim. –
Q.S. Huud [11]: 56
Inilah makna kalimat Rasulullah SAW
“Man ‘arafa nafsahu
faqad ‘arafa Rabbahu”: barangsiapa
yang berhasil memahami tujuan penciptaannya
(yang pengetahuan itu tersimpan dalam nafs-nya), maka ia akan Allah tetapkan di dalam
shirath Al-Mustaqim-nya (sehingga ia akan mengenal Rabb-nya sejak di dunia ini, karena Rabb ada di atas Shirath Al-Mustaqim).
Resume
Barang siapa
mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya. Barangsiapa yang berhasil memahami
tujuan penciptaannya, maka ia akan Allah tetapkan
di dalam
Shirath Al-Mustaqim-nya (sehingga ia akan mengenal Rabb-nya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar