Rabu, 01 Desember 2021

Faqad ‘Arafa Rabbahu

[1/12 01:11] aji rasha: 

Faqad ‘Arafa Rabbahu


Lalu apa hubungan 
‘arif akan nafs 
dengan 
‘arif akan Rabb?

Makna “Rabb” tidak otomatis sama dengan kata “Allah”. 

Sedikit berbeda 
dengan makna 
Allah sebagai“ilah” 
(sembahan, 
tempat penghambaan), 

makna Rabb adalah 
pangkat, 
peran Allah Ta’ala 
dalam memelihara—
menjaga, 
memberi rizki, 
melindungi, 
memakmurkan—
seluruh semesta alam-

Pendek kata, “Rabb” 
adalah sebutan bagi Allah dalam fungsi rububiyah-Nya. 

‘Arif akan Rabb adalah 
‘arif akan peran Allah Ta’ala dalam menghadapkan wajah-Nya pada makhluk.

Ketika seorang hamba 
telah menemukan tujuan penciptaan dirinya, 
lalu melaksanakan 
hal terbaik yang bisa dilakukannya sebagai 
sebuah pengabdian 
kepada Allah dan 
atas nama Allah, 
maka pada hakikatnya 
ia sedang menolong Allah dengan hal terbaik 
yang bisa ia lakukan. 

Dan barangsiapa 
yang menolong Allah, maka Allah pun pasti akan menolongnya pula.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُ‌وا اللَّـهَ يَنصُرْ‌كُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang 
yang beriman, 
jika kamu menolong Allah, niscaya Dia 
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. – Q.S. Muhammad [47]: 7

Apa pertolongan Allah 
yang terbesar pada 
seorang hamba? 
Yaitu dengan senantiasa memberi petunjuk 
pada si hamba tanpa henti-hentinya, 
baik diminta ataupun tidak. Dengan demikian, 
si hamba menjadi termasuk ke dalam golongan orang-orang Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung).

أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّ‌بِّهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya. 
Merekalah Al-Muflihun. – Q.S. Al-Baqarah [2]: 5

Petunjuk 
yang tiada henti-hentinya ini adalah untuk mengukuhkan si hamba tetap dalam 
shirath Al-Mustaqim, 
jalan yang lurus, 
jalannya 
“orang-orang yang 
diberi nikmat”. 
Dengan demikian, 
si hamba memperoleh 
apa yang selalu diminta dalam setiap rakaat shalatnya.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

اهْدِنَا الصِّرَ‌اطَ الْمُسْتَقِيمَ

صِرَ‌اطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ‌ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Hanya kepada-Mu 
kami mengabdi, 
dan hanya kepada-Mu 
kami memohon pertolongan: tunjukilah kami 
ke Shirath Al-Mustaqim, 
jalan mereka yang kepadanya Engkau anugerahkan nikmat, bukan jalannya mereka 
yang sesat. – 
Q.S. Al-Fatihah [1]: 5-7
[1/12 01:14] aji rasha: Setelah si hamba 
kukuh menapaki 
shirath Al-Mustaqim-nya, maka barulah 
ia akan mengenal Rabb-nya, karena sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an,

إِنَّ رَ‌بِّي عَلَىٰ صِرَ‌اطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya 
Rabb-ku di atas Shiratim-Mustaqim. – 
Q.S. Huud [11]: 56

Inilah makna kalimat Rasulullah SAW 
“Man ‘arafa nafsahu 
faqad ‘arafa Rabbahu”: barangsiapa 
yang berhasil memahami tujuan penciptaannya 
(yang pengetahuan itu tersimpan dalam nafs-nya), maka ia akan Allah tetapkan di dalam 
shirath Al-Mustaqim-nya (sehingga ia akan mengenal Rabb-nya sejak di dunia ini, karena Rabb ada di atas Shirath Al-Mustaqim).

Resume

Barang siapa 
mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya. Barangsiapa yang berhasil memahami 
tujuan penciptaannya, maka ia akan Allah tetapkan 
di dalam 
Shirath Al-Mustaqim-nya (sehingga ia akan mengenal Rabb-nya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar