Senin, 04 Oktober 2021

sukma

bagaimana sampai kesana selagi kita masih hidup?

untuk membuktikan kebenaran?
 
Banyak orang tidak yakin akan adanya 
jiwa di dalam tubuh kita, 
maklum jiwa itu tidak bisa dilihat, tetapi anehnya di Indonesia ada 
Dr Jiwa, Rumah Sakit Jiwa maupun Asuransi Jiwa, walaupun belum ada 
satu orang pun yang pernah melihat jiwa. 

Pertanyaan saya kapan jiwa/roh dari orang tsb akan keluar 
meninggalkan tubuhnya? Apakah setelah ia tidak bernafas lagi? 
Menurut beberapa kepercayaan dan pendapat orang, setelah orang itu 
mati jiwa/roh dari orang tsb akan tetap berada melayang-layang 
disekitar tubuhnya selama 72 jam oleh sebab itulah mereka tidak akan 
mau menguburkan mayat tsb sebelum masa 72 jam ini lewat.

Sedangkan menurut pendapat mang Ucup, orang itu meninggal dunia 
(mati) apabila jiwanya sudah tidak bisa balik atau berhubungan lagi 
dengan tubuhnya, jadi sudah benar-benar keluar dan putus hubungan 
dari tubuh tsb. Kalau kita sudah keluar dari pintu untuk pindah ke 
alam baka, kita tidak akan bisa balik lagi masuk kembali melalui 
pintu yang sama. Orang yang mati suri pada umumnya belum keluar dari 
pintu ini, mereka masih berada di dunia fana, mereka belum melewati 
batas pintu kematian. 

Kata jiwa dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa 
Sansekerta "jiva" sedangkan kata roh diserap dari bahasa Arab Al-
Ruh. Sedangkan Soul dalam bahasa Inggris diserap dari kata Jerman 
Kuno "seula". Sedangkan jiwa sudah meninggalkan raganya dalam bahasa 
Indonesia disebut "arwah".

Jiwa dalam bahasa Arab disebut juga "al-nafs' seperti juga dalam 
bahasa Ibrani "nefesy'. Kata ini identis dengan nafas, sebab Sang 
Pencipta menciptakan manusia dengan cara meniupkan "nafas" kehidupan 
kedalam raga manusiawi. Oleh sebab itu juga kata bernafas dalam 
bahasa Jerman "atmen" diserap dari bahasa Sasenkerta "atman" yang 
berarti jiwa. Sedangkan dalam bahasa Yunani "Psyche" maka dari itu 
jurusan ilmu jiwa disebut Psikologi. 

Keyakinan tentang keberadaannya jiwa bukan dibahas oleh para 
agamaist saja melainkan sudah ribuan tahun sebelumnya dibahas dan 
diakui juga oleh para filsuf besar Plato, Socrates maupun Rene 
Descartes yang mengeluarkan pernyataan bahwa semuanya tidak ada yang 
pasti, kecuali kenyataan, bahwa seseorang bisa berpikir. "Aku 
berpikir maka aku ada" dalam bahasa Latin "Cogito ergo sum" atau 
dalam bhasa Perancis "Je pense donc je suis".

Mengenai jasad atau tubuh seseorang sudah jelas bahwa ia akan 
kembali menjadi debu, tetapi kemana pergi jiwa/roh nya? Menurut 
Prof. Dr. Werner von Braun Alm. seorang ilmuwan yang sangat piawai 
sekali dalam hal pembuatan roket: "Saya percaya akan adanya 
roh/jiwa, karena berdasarkan logika dari ilmu pengetahuan, tidak 
mungkin sesuatu akan hilang begitu saja tanpa berbekas, kalau 
tadinya ada nyawa di dalam tubuh kita, berarti nyawa tsb akan tetap 
ada dan akan tetap hidup terus!"

Banyak orang sudah berusaha untuk mengukur berdasarkan berat badan 
orang hidup dan orang mati dan selisihnya inilah yang mereka 
definisikan sebagai beratnya dari jiwa/roh. 

Apakah mungkin jiwa/roh itu merupakan perasaan kita, seperti kasih 
sayang, marah, sedih, senang, rasa cemburu? Karena perasaan juga 
tidak bisa diukur dan ditimbang, disamping itu belum ada manusia 
yang bisa menciptakan atau mendefinisikan secara exact perasaan itu 
bagaimana! Kita bisa menciptakan robot yang serba canggih, tetapi 
tidak mungkin manusia bisa menciptakan robot yang bisa mempunyai 
perasaan, karena robot tidak mempunyai jiwa/roh. Maka dari itu juga 
kata nafsu, seperti nafsu birahi, nafsu amarah dalam bahasa 
Indonesia, diambil dari kata yang sama seperti jiwa "al-nafs" dalam 
bahasa Arab.

Walaupun demikian ada banyak orang yang berpendapat bahwa perasaan 
itu adalah hasil produksi atau output dari daya pikir kita, maka 
dari itu kalau otak dari orang tsb mati, maka matilah juga 
perasaannya atau dalam arti kata lain tidak ada perasaan lagi 
setelah kita mati atau tidak ada lagi kehidupan setelah mati. Aliran 
yang mempercayai pendapat ini disebut Epiphänomenalismus. Apakah 
bisa dibuktikan bahwa perasaan itu adalah hasil output dari daya 
pikir kita? S/d detik ini tidak ada ilmuwan manapun juga yang bisa 
melokalisir di bagian otak mana kita merasa senang, sedih ataupun 
marah. 

Menurut pendapat mang Ucup, otak kita bisa melaksanakan aktivitas 
perasaan seperti menyayangi, senang, susah, sedih maupun marah, 
tetapi penyebabnya bukanlah otak kita. Ini sama seperti TV, kita 
bisa melihat film karena ada TV, tetapi TV itu sendiri tidak membuat 
film, melainkan film dibuat di studio pemancar. Dan program tetap 
berjalan terus walaupun TV tsb dipadamkan. Otak kita itu sama 
seperti CPU dari computer, tetapi CPU tsb bukanlah programmer nya.

Kalau jasad dan badan kita mati, berarti yang akan hidup terus ialah 
arwah/roh/jiwa. Pertanyaan yang saya ingin ketahui dalam cara 
bagaimana roh/jiwa ini bisa hidup terus.

1. Apakah seperti dalam keadaan tidur atau seperti dalam keadaan 
pingsan, jadi dalam keadaan pasiv?
2. Apakah seperti pada saat kita lagi mimpi dimana kita bisa aktiv 
melakukan kegiatan seperti dalam kehidupan sehari-hari ?
3. Apakah mengulang lagi masa hidup yang lampau, jadi bisa bertemu 
dengan kawan-kawan lama, maupun anggota keluarga yang sudah berada 
di alam baka?
4. Ataukah kita akan dilahirkan dalam bentuk dan wujud baru jadi 
memulai sesuatu dari nol lagi?

Berdasarkan pengalaman dari orang-orang yang pernah, bahkan sering 
memanggil arwah, kemungkinan ke tiga lah yang sering dan mudah 
dibuktikan. Karena kalau ia sudah dilahirkan kembali pasti arwahnya 
tidak akan bisa dipanggil lagi, karena arwah tsb sudah berada di 
dalam jasad atau tubuh baru, jadi tidak bisa keluar lagi dari 
terminal. 

Sedangkan kalau dalam keadaan tidur alias pasiv, tentu ia tidak akan 
bisa aktiv berkomunikasi dengan orang yang memanggilnya. Tetapi 
kemungkinan lainnya arwah dari orang yang sudah meninggal bisa 
dipanggil kembali, karena mungkin arwah/roh tsb sedang menunggu 
di "waitingroom" sebelumnya ia dilahirkan kembali, jadi masih belum 
masuk ke tubuh atau jasad baru. Berapa lama ia harus menunggu di 
waitingroom? Saya tidak tahu karena dalam soal ini saya belum 
berpengalaman.

Apabila rekan-rekan dan para pembaca belum bosan baca mengenai 
masalah kematian; mungkin pada suatu saat, saya akan melanjutkan 
untuk menulis pengalaman mereka yang sudah pernah mati alias Mati 
Suri atau dalam bahasa Londonya disebut "Near Death Experience" 
(NDE). Apa mungkin kita bisa Sightseeing sebagai tourist dengan 
ticket PP ke dunia kematian ? Apa yang mereka telah lihat dan alami 
disana ? Bagaimana rasanya mati itu ? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar