Rabu, 06 April 2022

Adab Shalat

[31/3 22:00] Aing: 

Adab Shalat

Apabila engkau telah selesai membersihkan kotoran dan najis yang terdapat di badan, pakaian, dan tempat salat, juga engkau telah menutup aurat dari pusar sam­pai dengkul, 
maka berdirilah menghadap ke arah kiblat dengan 
kaki yang lurus 
tapi tidak dirapatkan sedang­kan engkau berada dalam posisi tegak. 
Lalu bacalah surat an-Naas guna berlindung dari setan yang terku­tuk. 

Hadirkan hatimu ketika itu. Buanglah segala bisik­an dan rasa was-was. 

Perhatikan kepada siapa engkau sedang menghadap dan bermunajat sekarang. 

Hendak­nya engkau malu untuk bermunajat 
kepada Tuhan de­ngan hati yang lalai dan dada yang penuh dengan bi­sikan dunia beserta kebejatan syahwat. 

Sadarlah bahwa Allah Swt. mengetahui semua yang tersembunyi di da­lam dirimu dan melihat hatimu. 

Allah hanya menerima salatmu sesuai dengan kadar kekhusyukan, ketundukan, dan ketawaduanmu.

Sembahlah Allah 
dalam salatmu seakan-akan engkau melihat-Nya. 
Apabila engkau 
tak melihat-Nya, sesung­guhnya Dia melihatmu. 

Jika hatimu tidak hadir 
dan ang­gota badanmu 
tidak bisa tenang 
maka hal itu disebab­kan engkau tidak betul-betul mengenal keagungan-Nya. 

Bayangkan jika ada 
seorang saleh di antara keluargamu yang melihatmu ketika engkau salat. 

Pada saat itu, pasti hatimu akan khusyuk 
dan anggota badanmu 
akan te­nang. 

Lalu, tanyakan pada dirimu, “Wahai jiwa yang buruk, tidakkah engkau malu kepada Pencipta dan Tu­anmu?” 

Apabila engkau mampu salat secara khusyuk 
dan tenang karena dilihat seorang hamba yang hina, yang tak bisa memberikan manfaat atau bahaya pada­mu, 
sedang engkau mengetahui bahwa Dia melihatmu 
tapi engkau tak takut pada keagungan-Nya, 
apakah Allah SWT. 
lebih rendah dibandingkan hamba-Nya itu? 

Betapa durhaka 
dan bodohnya engkau! 

Betapa engkau memusuhi dirimu itu!

Obatilah hatimu 
dengan cara itu, barangkali ia akan menjadi hadir dalam salatmu. 

Salatmu hanyalah 
saat engkau sadar kepadanya. 

Adapun salat yang engkau kerjakan dengan hati 
yang lalai dan lupa, 
maka ia butuh pada istigfar dan perenungan.

Manakala hatimu 
sudah hadir, 
jangan lupa meng­ucapkan ikamah kalau engkau salat sendirian. 

Tapi, jika engkau menunggu datangnya jamaah yang lain hendak­nya engkau melakukan azan lalu ikamah. 

Apabila eng­kau sudah mengucapkan ikamah, berniatlah dan bacalah dalam hatimu, 
“Aku laksanakan salat lohor karena Allah Swt.” 

Usahakan niat tersebut hadir dalam hatimu 
ketika engkau bertakbir. 

Jangan sampai niatmu 
tak kau sadari sebelum takbir selesai. 

Angkatlah tanganmu 
saat bertakbir ke arah pipi dan pundakmu 
dengan jari-jari yang tidak dihimpitkan. 

Jangan terlalu menempel atau­pun menjauh. 
Yang penting ibu jarimu berada di hadapan kedua cuping telingamu, ujung-ujung jarimu berada 
di atas kuping, serta telapak tangan di atas pundak. 

Jika kedua telapak tanganmu sudah berada pada posisi ter­sebut bertakbirlah 
lalu turunkan kembali dengan perla­han. 

Saat diangkat atau diturunkan, 
jangan kau hentak­kan tanganmu ke depan 
secara keras 
dan jangan pula diangkat sampai ke belakang. 

Selain itu, 
jangan kau gerakkan ia ke kanan atau ke kiri. 
Ketika diturunkan, 
mulailah engkau meletakkan tanganmu di atas dada. Iangan kanan berada di atas yang kiri. 

Renggangkan lari-jari kananmu di lengan tangan yang kiri. 
Genggam di atas siku. 

Setelah bertakbir bacalah:

Allahu akbar kabiiran walhamduilllah katsiiran 
wa subhanalla bukrattan 
wa ashiilla, 
inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samawati wal ardha haniifan musliman 
wa ma ana minal musyrikin. Inni shalatii wa nusukii 
wa mahyaya wamamatii lillahi rabbil ‘alamiin 
laa syarikallahuwa bi dzalika umirtu 
wa ana minal muslimiin. 

“Allah Mahabesar 
dengan segala sifat kebesaran-Nya. 
Pujian bagi Allah sebanyak-banyaknya dan Mahasuci Allah pada tiap pagi dan sore. 
Aku hadapkan wajahku pada Tuhan yang mencipta langit dan bumi dengan lu­rus 
dan aku bukan 
dari golongan yang musyrik. Se­sungguhnya 
salatku, 
ibadahku, 
hidupku, dan 
matiku semata-mata karena Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintah dan aku ter­masuk dari golongan Islam (menyerah dan patuh).”

Setelah itu, bacalah al-Fatihah dengan tekanan yang kuat. 
Usahakan untuk membedakan antara 
huruf dhad dan zha’ 
dalam bacaan salatmu. 
Lalu ucapkan amin 
se­cara terpisah dengan kata walaad-dhaliin.
[31/3 22:06] Aing: Nyaringkan bacaanmu 
pada salat 
subuh, 
magrib, dan 
isya. 

Maksudnya, 
pada dua rakaat 
yang pertama, 
ke­cuali jika engkau menjadi makmum. 

Jika menjadi mak­mum, nyaringkan bacaan amin. 

Lantas, dalam salat subuh, bacalah salah satu surat yang panjang setelah bacaan surat al-Fatihah. 

Sementara pada waktu magrib, 
cukup surat yang pendek. 

Adapun pada salat 
lohor, 
asar, dan 
isya, 
bacalah surat 
yang pertengahan. 
Misalnya su­rat al-Buruj dan yang semisalnya. 

Ketika salat subuh 
yang dilaksanakan dalam perjalanan, 
bacalah surat al­-Kafirun dan surat al-Ikhlas. 

Jangan engkau sambungkan akhir bacaan surat dengan takbir untuk rukuk, 
tapi pi­sahkan antara keduanya dengan seukuran bacaan subhanallah.

Ketika berdiri, 
usahakan untuk senantiasa menunduk dengan hanya memandang tempat salatmu. 

Hal itu, akan membuatmu lebih berkonsentrasi dan membuat hatimu lebih khusyuk. 

Jangan engkau menoleh ke kiri atau ke kanan pada saat sedang salat.

Lalu bertakbirlah untuk rukuk. 
Angkat tanganmu dengan cara yang sudah dijelaskan sebelumnya. 
Pan­jangkan bacaan takbir sampai engkau berada pada po­sisi rukuk. 
Lalu, letakkan telapak tanganmu di atas lu­tut sementara jari-jemarimu berada pada posisi yang renggang. 
Tegakkan lututmu serta bentangkan pung­gung, leher, dan kepalamu secara lurus. Lantas, jauhkan sikumu dari pinggang. 
Sementara untuk wanita tidak demikian karena mereka hendaknya menempelkan yang satu dengan yang lain. 
Lalu ucapkan:

Subhana rabbiyal ‘azhiim
“Mahasuci Tuhanku 
Yang Maha agung.”

Bacaan tersebut diucapkan sebanyak tiga kali. 
Jika engkau salat sendirian, bagus pula kalau ditambah sam­pai menjadi tujuh atau sepuluh kali. 

Kemudian angkat kepalamu sampai berdiri tegak seraya mengangkat ta­ngan dan membaca:

Sami ‘allahu liman hamidah
“Allah mendengar siapa yang memuji-Nya.”

Apabila engkau telah berdiri tegak lurus, 
ucapkan:
Rabbana lakal hamdu mil’as samawati wa mil ardhi 
wa mil ama syi’ta 
min syai’in ba’du

“Wahai Tuhan kami, 
segala puji bagi-Mu 
sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Kau kehendak sesudah itu.”
[31/3 22:14] Aing: Apabila engkau sedang dalam melakukan 
salat subuh, 

bacalah doa qunut 
pada rakaat kedua 
ketika dalan posisi iktidal. Lalu, 
sujudlah dengan bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. 

Pertama-tama, 
letakkanlah kedua lututmu diikuti kemudian oleh 
kedua tanganmu 
lalu dahimu yang berada dalam keadaan terbuka. 

Letakkan hidung beserta dahimu. 
jauhkan sikumu dari pinggang dan angkat perutmu dari paha 
(Hal ini tidak berlaku bagi wanita). 
Letakkan kedua tanganmu 
di atas tanah sejajar dengan pundakmu. 
Jangan kau bentangkan lenganmu di atas tanah. 
Dan ucapkan:

Subhana rabbiyal ‘alaa
“Mahasuci Tuhanku 
Yang Mahatinggi”

Doa di atas dibaca sebanyak tiga kali, tujuh kali, atau sepuluh kali 
jika engkau salat sendirian.
Lalu, 
angkat kepalamu dari sujud seraya bertakbir sampai engkau duduk dengan tegak. 

Duduklah di atas kaki kiri. Tegakkan kaki kananmu. Letakkan kedua ta­nganmu 
di atas paha dengan jari-jemari yang renggang. Lantas ucapkan (minimal):

‘rabbighfirlii 
warhamnii 
warzuqni 
wajburnii 
wa ‘afinii 
wa ‘afuanii

“Ya Tuhan, 
ampunilah aku, 
sayangilah aku, 
berikan rezeki padaku, pimpinlah aku, 
tambahkan kekurang­anku, dan maafkanlah daku.”

Kemudian lakukan sujud yang kedua 
sama seperti sebelumnya. Lalu duduk tegak sebentar untuk istirahat pada setiap rakaat yang tak disertai tasyahud.
Setelah itu, 
engkau berdiri dan meletakkan kedua tangan 
di atas tanah. 
Jangan engkau mendahulukan sa­lah satu kakimu ketika berdiri. 

Mulailah dengan takbir untuk berdiri saat hampir selesai dari duduk istirahat. 

Panjangkan bacaan takbir tersebut sampai pada posisi setengah berdiri. 
Usahakan agar duduk istirahat tersebut berlangsung sebentar. 
Lalu, 
laksanakan rakaat ke­dua seperti rakaat pertama. Ulangi membaca taawud ketika memulai. 
Lalu duduklah pada rakaat kedua un­tuk membaca tasyahud pertama. 

Saat duduk tasyahud, letakkan tangan kananmu 
di atas paha kanan 
dengan jari yang tergenggam 
kecuali jari telunjuk 
dan ibu jari. 
Berilah isyarat dengan jari telunjukmu yang kanan saat membaca illallah
(kecuali Allah), 

bukan pada kata-kata 
Iaa ilaha (tiada Tuhan). 

Sementara itu, 
engkau letakkan tangan kirimu dengan jari jari terbuka di atas paha kiri. 

Duduklah di atas kaki kiri dalam tasyahud pertama ini seperti ketika duduk antara dua sujud. 

Adapun pada tasyahud akhir, duduklah secara tawaruk 
(di atas pang­kal paha). 

Setelah mengucapkan salawat atas Nabi Saw., bacalah doa yang sudah dikenal. 
Duduklah di atas pang­kal paha yang kiri sementara kaki kirimu keluar 
dari sisi bawah. 

Tegakkan posisi 
kaki kananmu lalu ucapkan salam dua kali 
dari ke kanan dan kiri. 

Menolehlah hing­ga tampak putihnya kedua pipimu dari kedua sisi. 
Ber­niatlah untuk menyudahi salat dan arahkan salammu pada para malaikat dan kaum muslim yang berada 
di sampingmu. 
Begitulah gerakan 
salat sendirian.

Tiang penopang salat adalah 
kekhusyukan dan ke­hadiran hati disertai bacaan, 
dan pemahaman. 

Ha­san al-Basri rahimahullah berkata, 
“Setiap salat yang tidak disertai oleh kehadiran hati akan cepat terkena hukum­an.” 

Rasul Saw. bersabda, “Seorang hamba adakalanya melakukan salat tapi ia tidak mendapat seperenam atau sepersepuluh dari salatnya. Karena, ganjaran salat bagi seorang hamba sesuai dengan kadar kekhusyu’kannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar