Senin, 13 Maret 2017

MINGGU,12 MARET 2017 ( KENYATAAN YANG DITUKAR )

     Ia hari ini berangkat bersama Tujuh orang teman nya ke gunung Padang di Cempaka Cianjur.
     Namun sebelum berangkat,ia berkumpul di rumah Anang menunggu saat untuk pergi,tiba tiba istri Ia menelepon,mengkhabarkan bahwa bapaknya Ia sakit.
     Sedangkan anak anak Ia dari yang bungsu dan kakaknya yang lelaki pergi menjenguk kakeknya.
     Namun kenyataan nya adalah adik adiknya Ia mendamprat anak bungsu dan anak lelakinya ia,menuding akibat sakitnya bapak ia adalah karena ia.
      Dan setelah Ia kembali dari gunung Padang,jam 20.00 WIB,adik nya Ia bernama si Nyimas, si Habib,si Iceu, juga si Euis sepakat memutus hubungan kebaikan dan kekerabatan dengan alasan Ia telah berbuat dan berbicara takabur kepada bapaknya.
     Padahal kenyataan di malam Sabtu kemarin ibunya ia lah yang menjadi saksinya.

Jumat, 10 Maret 2017

JUMAT,10 MARET 2017 ( SUNGGUH ANEH )

     Hari ini semua tanggung jawab ia sebagai anak tertua dari keluarga yang menyewakan tanah seluas 320 M2 ke satu perusahaan ritel ternama.
     Semenjak dari awal ia harus bekerja cepat mulai dari melengkapi semua persyaratan yang di butuhkan hingga membantu kontraktor yang harus membangun gedung toko dari segala kemungkinan yang bisa menghambat kelancaran pembangunan serta kenyamanan dan keamanan para pekerja itu.
      Ia bekerja tanpa harus di upah oleh perusahaan tersebut apalagi harus di bayar oleh orang tuanya yang tanahnya di sewa oleh perusahaan ritel ternama tersebut.
      Namun buat ia bukan mendapatkan keuntungan baik materi dan juga rasa terima kasih dari orang tuanya,malah kenyataannya dari uang yang sesungguhnya ia tidak punya harus rugi,mulai dari penebangan pohon di lokasi untuk membangun gedung ritel tersebut,ia harus membayar karena orang tuanya merasa bahwa pohon yang seharusnya bisa di tebang malah dilarang dan memarahi pembeli kayu.
     Akhirnya ia harus menengahi dan membayar pohon milik orang tuanya sendiri dan kayunya di berikan kepada pembeli.
     Sementara ia di marahi oleh orang tuanya sendiri tanpa ada alasan.
      Namun buat ia tak jadi soal,yang terpenting orang tuanya senang dan tidak mengganggu pikirannya.
      Padahal jika pohon pohon kayu tersebut tidak ditebang sejak awal yang bakal repot adalah orang tuanya ia dan pastinya ia pula yang akan kena dampaknya,pasti.
      Dan di hari ini bersamaan pembukaan perusahaan ritel tersebut,ia merasa tak mengerti sekali dan heran dengan sikap orang tuanya.
      Tepatnya sekitar jam 20.00 WIB , ia menemui orang tua nya untuk memberikan SPPT tanah milik orang tuanya yang berasal dari warisan .
      Dan SPPT tanah milik orang tuanya ia tersebut yang mengurus surat keterangan waris serta yang mengurus penerbitan SPPT nya adalah ia,karena ia merasa hal ini adalah penting,walaupun sebenarnya orang tua ia tidak peduli dengan fungsi dan gunanya surat surat keterangan tanah tersebut.
      Dan sesungguhnya pajak tanah tersebut semenjak dua tahun yang lalu tidak dibayar entah apa alasannya.
      Namun setelah terjadi kesepakatan dengan perusahaan ritel ternama itu,pajak tanah tersebut dibayar di tahun ini saja,dan ia lah yang mengurus nya pula,ini karena ia adalah seorang anak yang harus bekerja walau ujungnya hanya dampratan dan kemarahan orang tua yang harus di terima sebagai balasannya.
      Dan malam ini ia begitu merasa heran dan aneh dengan sikap orang tuanya,padahal ia datang hanya untuk menyampaikan bahwa SPPT yang sesuai dengan surat keterangan waris,sesuai dengan isi perjanjian sewa dengan perusahaan ritel adalah yang ini ia berikan dari petugas pajak.
      Namun orang tua ia malah marah sekali,dua kali telunjuknya hampir mencolok mata ia,kata katanya begitu kasar,serta menuding ia sebagai seorang manusia yang jahat,bukan lagi seorang anak,ia dianggap penjahat yang selalu merugikan ibunya sendiri,dan dianggap seorang anak durhaka yang selalu memohonkan serta menghujat bapaknya sendiri.
     Ia merasa aneh dan heran,sampai kerongkongan terasa kering,lutut lemas tak bertenaga,sungguh heran dan aneh.
      Ia terus teringat dengan dampratan orang tuanya," Kepala Desa yang saat ini serta semua petugas desa di tuding mempermainkan nya.....".
      Ia bukan membela para petugas Desa,tapi kurang bijaksana jika orang tua ia harus menuding para petugas desa dengan kata kata kasar walaupun di hadapan anak sendiri yang bukan petugas Desa.
       Dan dampratan terakhir sebelum ia pamit mundur diri adalah," Hai...Apakah Kubakar saja ini SPPT?"
       Ia dengan pikiran heran menjawab," terserah itu milik bapak....". Dan dalam pikiran ia, heran dengan bapak,emang SPPT hasil cetakan sendiri.
       Sedih,sakit,heran serta aneh....
.....